STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS menutup 2024 dengan performa luar biasa. Mata uang ini melonjak lebih dari 6% sepanjang tahun, mengalahkan hampir semua mata uang utama dunia.
Mengutip CNBC International, penguatan dolar didorong oleh kebijakan Federal Reserve yang tetap mempertahankan suku bunga tinggi. Selain itu, kebijakan ekonomi Presiden terpilih Donald Trump juga menjadi katalis. Kebijakan tersebut diprediksi akan memacu pertumbuhan ekonomi dan inflasi.
Ekspektasi pemangkasan pajak, deregulasi bisnis, tarif baru, dan kebijakan imigrasi ketat telah meningkatkan imbal hasil obligasi AS. “Imbal hasil AS naik karena pasar mengantisipasi dampak inflasi dari kebijakan Trump,” kata Lee Hardman, analis senior MUFG.
Pada penutupan perdagangan terakhir, Selasa (31/12/2024) waktu setempat atau Rabu pagi (1/1/2025) WIB. Indeks dolar, yang mengukur kekuatan Greenback terhadap enam mata uang utama, tercatat naik 0,3% ke level 108,44. Meski volume perdagangan tipis menjelang libur Tahun Baru, tren penguatan tetap terasa.
Yen Jepang menjadi salah satu mata uang yang paling terpukul. Yen melemah 11,2% sepanjang tahun, mencatat penurunan tahunan keempat berturut-turut terhadap dolar.
Sementara itu, euro turun 0,2% ke US$1,0382, dengan penurunan tahunan sebesar 5,7%. Mata uang ini menghadapi tekanan lebih besar karena ekspektasi pelonggaran moneter dari Bank Sentral Eropa.
Pound sterling juga melemah, turun 0,2% ke US$1,253, meski penurunan tahunan hanya 1,4%. Pound menjadi salah satu mata uang yang lebih tangguh melawan dolar.
Dolar Australia dan Selandia Baru mengalami tahun yang berat. Aussie terjun 8,8%, performa terburuk sejak 2018. Kiwi bahkan anjlok hampir 11%, penurunan tahunan terburuknya sejak 2015.
Pasar masih mencermati dampak kebijakan Trump yang segera berlaku. Dengan langkah Federal Reserve dan dinamika global lainnya, apakah dominasi dolar akan berlanjut di 2025? Kita tunggu jawabannya!