STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stabil terhadap euro pada perdagangan Kamis (24/7/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (25/7/2025) WIB. Pergerakan dolar cenderung mendatar setelah Bank Sentral Eropa (ECB) memutuskan menahan suku bunga acuannya di level 2%.
Mengutip CNBC International, keputusan ECB ini diambil setelah serangkaian pelonggaran kebijakan selama satu tahun terakhir. Bank sentral kini menunggu kejelasan hubungan dagang Uni Eropa dan Amerika Serikat sebelum mengambil langkah lanjutan.
Shaun Osborne, Kepala Strategi Valuta Asing di Scotiabank Toronto mengatakan, peluang pemangkasan suku bunga oleh ECB pada September mulai menipis. “Pandangan bahwa ECB akan bertahan di level ini mulai mendapat lebih banyak dukungan. Kami sudah memangkas ekspektasi pemotongan suku bunga menjadi di bawah 50/50,” ujarnya.
Sementara itu, bank sentral Jepang mendapat sorotan setelah Wakil Gubernur Shinichi Uchida menyebut perjanjian dagang terbaru dengan Amerika Serikat mengurangi ketidakpastian ekonomi. Komentar ini memicu harapan pasar atas kemungkinan kenaikan suku bunga di Jepang.
Meski begitu, yen Jepang diperkirakan masih menghadapi tekanan setelah pemilu majelis tinggi yang digelar Minggu. Oposisi disebut-sebut tengah mempertimbangkan mosi tidak percaya terhadap pemerintah.
Euro ditutup di level US$1,1764, tidak jauh dari titik tertingginya bulan ini di US$1,1830. Terhadap yen, dolar naik tipis 0,2% ke level 146,84, setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah dua pekan di 145,86.
Olivier Korber, analis valuta asing di Societe Generale, memprediksi yen masih berpotensi menguat. Menurutnya, sentimen didukung oleh kesepakatan dagang dan peluang kenaikan suku bunga di Jepang.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama termasuk euro dan yen, naik 0,2% ke posisi 97,37.
Di sisi lain, Uni Eropa dikabarkan semakin dekat dengan kesepakatan tarif baru sebesar 15% terhadap produk asal Eropa, termasuk mobil. Skema ini mirip dengan kesepakatan dagang AS dan Jepang yang baru diumumkan.
Thierry Wizman, analis global dari Macquarie Group, menilai tekanan disinflasi akibat tarif AS bisa lebih besar dirasakan Eropa dibanding Jepang. “Euro sudah menguat jauh lebih besar dibanding yen sepanjang 2025. Artinya dampak disinflasi dari tarif impor AS kemungkinan lebih besar ke UE daripada ke Jepang,” katanya.
Data ekonomi terbaru juga menunjukkan kondisi beragam. Di Prancis, indeks aktivitas manufaktur mencerminkan kerapuhan akibat rencana pemangkasan anggaran. Namun di Jerman dan beberapa wilayah zona euro lainnya justru masih terlihat tanda-tanda ketahanan.
Mohit Kumar, ekonom dari Jefferies mengatakan, hingga saat ini dampak tarif terhadap data ekonomi masih minim. “Sejauh ini, sangat sedikit dampak tarif terhadap data ekonomi nyata,” ujarnya.
Pasar kini menantikan rapat The Fed pekan depan. Bank sentral AS diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%–4,50%. Investor juga menunggu dampak tarif terhadap inflasi dan pertumbuhan yang mungkin mulai terlihat dalam waktu dekat.
Selain itu, sejumlah data ketenagakerjaan AS juga akan dirilis, termasuk laporan nonfarm payrolls dan data PCE untuk bulan Juli. Revisi pertama terhadap PDB kuartal II juga bisa memengaruhi arah pasar.
Shaun Osborne menyebut pekan depan akan penuh risiko. “Banyak agenda penting pekan depan, bukan cuma dari The Fed. Data-data ekonomi juga akan membentuk ekspektasi untuk September,” katanya.
Sementara itu, pasar uang relatif mengabaikan kabar kunjungan mendadak Presiden AS Donald Trump ke kantor The Fed. Langkah ini dinilai meningkatkan tensi antara Gedung Putih dan Gubernur The Fed Jerome Powell, yang kerap dikritik Trump.
Untuk aset kripto, bitcoin naik tipis 0,33% menjadi US$118.391,37. Ethereum menguat 2,14% ke posisi US$3.647,18.