STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat ke posisi tertinggi dalam satu bulan terhadap euro pada akhir perdagangan Selasa (29/7/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (30/7/2025) WIB. Kenaikan ini dipicu oleh serangkaian kesepakatan dagang yang dicapai Amerika Serikat dengan sejumlah mitra utama.
Mengutip CNBC International, dolar AS juga masih jadi sorotan jelang keputusan suku bunga The Federal Reserve dan Bank of Japan yang akan diumumkan dalam beberapa hari ke depan.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru saja menandatangani kesepakatan dagang terbesar dengan Uni Eropa. Perjanjian tersebut memberlakukan tarif impor sebesar 15% pada sebagian besar barang dari Eropa. Nilai investasi Uni Eropa ke AS juga mencapai US$600 miliar.
Kesepakatan ini melampaui perjanjian dagang sebelumnya yang ditandatangani dengan Jepang senilai US$550 miliar. Perjanjian dengan Jepang juga memuat tarif timbal balik sebesar 15%.
Sementara itu, pejabat tinggi AS dan China telah menyelesaikan pembicaraan selama dua hari di Stockholm. Meski belum ada terobosan berarti, kedua pihak sepakat untuk memperpanjang gencatan tarif selama 90 hari.
“Setelah anjlok tajam di paruh pertama tahun ini, dolar mulai bangkit pada Juli. Saya pikir ini lebih karena aksi short covering. Pertanyaannya sekarang, apakah ini tren baru atau hanya koreksi teknikal yang tertunda,” ujar Marc Chandler, Chief Market Strategist di Bannockburn Global Forex di New York.
Euro melemah 0,39% terhadap dolar dan berada di level US$1,154775. Ini menjadi level terendah sejak 23 Juni. Sehari sebelumnya, euro jatuh 1,29%, penurunan harian tertajam sejak pertengahan Mei. Euro pun berpotensi mencetak kerugian bulanan pertama terhadap dolar sepanjang tahun ini.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,30% ke posisi 98,91. Ini merupakan level tertinggi sejak 23 Juni dan menjadi kenaikan bulanan pertama tahun ini.
“Pasar merasa sedikit lega karena rencana tarif dengan Jepang dan Uni Eropa, serta kemungkinan perpanjangan 90 hari dengan China, setidaknya mengurangi risiko buruk yang lebih parah,” kata Chandler.
Meski begitu, sejumlah pemimpin Uni Eropa menyampaikan kritik atas kesepakatan dagang dengan AS. Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan negaranya akan mengalami kerugian besar akibat tarif yang disepakati. Perdana Menteri Prancis bahkan menyebut perjanjian ini sebagai “hari yang kelam” bagi Eropa.
Investor kini menunggu hasil pertemuan dua hari The Fed yang berakhir Rabu malam waktu setempat. Mayoritas pelaku pasar memperkirakan suku bunga akan tetap ditahan.
Imbal hasil obligasi AS turun pada perdagangan Selasa. Yield obligasi 10 tahun turun 8,6 basis poin ke level 4,334%.
“Menjelang keputusan The Fed besok, mungkin pasar akan sedikit tenang. Ada kekhawatiran soal perbedaan pendapat dari beberapa gubernur, mungkin Waller atau Bowman,” tambah Chandler.
Christopher Waller sebelumnya menyatakan bahwa bank sentral AS seharusnya memangkas suku bunga pada pertemuan Juli. Michelle Bowman juga sempat membuka peluang untuk pemangkasan suku bunga pada bulan ini.
Bank of Japan kemungkinan besar juga akan menahan suku bunga pada Kamis mendatang, menyusul tercapainya kesepakatan dagang dengan AS pekan lalu.
Terhadap yen Jepang, dolar AS sedikit melemah 0,05% ke level 148,465. Namun terhadap franc Swiss, dolar justru menguat 0,28% ke posisi 0,806 franc.
“Kami memperkirakan pelemahan berikutnya pada dolar akan datang dari arah kebijakan moneter, bukan ketidakpastian dagang,” tulis analis Goldman Sachs yang dipimpin Isabella Rosenberg dalam catatan kepada investor. “Kesepakatan dagang terbaru dan bukti terbatas mengenai dampak tarif terhadap harga telah menurunkan ketidakpastian inflasi dan menekan volatilitas yang diperkirakan.”