STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai dolar AS melemah tajam pada penutupan perdagangan hari Kamis (24/10/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (25/10/2024) WIB. Greenback sempat menyentuh level tertinggi dalam hampir tiga bulan. Pelemahan ini membuka peluang bagi euro dan yen Jepang untuk menguat secara signifikan.
Mengutip CNBC International, Euro melonjak 0,45% menjadi US$1,0829, pulih dari penurunan mendalam ke level terendah empat bulan di US$1,076 pada Rabu lalu. Yen Jepang juga tidak mau ketinggalan, menguat 0,6% terhadap dolar, dengan nilai tukar dolar turun menjadi 151,85 yen.
Sebelumnya, dolar AS mengalami kenaikan dalam 16 dari 18 sesi terakhir. Penguatan ini dipicu oleh data ekonomi AS yang positif, membuat pasar berasumsi bahwa penurunan suku bunga dari Federal Reserve mungkin akan berlangsung lebih lambat. Klaim pengangguran mingguan di AS tercatat turun menjadi 227.000, lebih rendah dari perkiraan yang berada di angka 242.000.
Namun, dolar akhirnya melemah pada Kamis. Indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, turun 0,39% menjadi 104,02. Ini adalah penurunan pertama setelah tiga sesi berturut-turut mengalami penguatan.
Kondisi di zona euro juga berperan dalam penguatan euro. Aktivitas bisnis di wilayah tersebut sempat stagnan bulan lalu, namun kontraksi di Jerman, ekonomi terbesar Eropa, terlihat lebih baik dari perkiraan sebelumnya.
Di pasar obligasi, hasil imbal hasil obligasi 10-tahun AS turun 4,6 basis poin menjadi 4,196%, setelah sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi dalam tiga bulan di 4,26%. Menurut analis, pelemahan dolar kali ini lebih disebabkan oleh aksi ambil untung para investor.
Inflasi di AS memang mulai mereda, namun belum mencapai target yang diinginkan oleh bank sentral. Menurut CME’s FedWatch Tool, peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Federal Reserve bulan November mendatang mencapai 95,1%.
Selain itu, pound sterling juga turut menguat 0,41% menjadi US$1,2973. Menteri Keuangan Inggris, Rachel Reeves, menyatakan akan melakukan perubahan kebijakan utang publik untuk memungkinkan pinjaman lebih besar bagi investasi di anggaran mendatang.