Kamis, Agustus 7, 2025
33.5 C
Jakarta

Dolar Melemah Lawan Mata Uang Utama Menjelang Rilis Data AS

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada penutupan perdagangan Senin (28/4/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (29/4/2025) WIB.

Mengutip CNBC International, indeks dolar tercatat turun 0,4%. Pelemahan dolar terjadi menjelang rilis sejumlah data ekonomi AS yang dinilai bisa memberikan gambaran awal apakah perang dagang Presiden AS Donald Trump mulai berdampak nyata ke perekonomian.

Marc Chandler, Chief Market Strategist di Bannockburn Global Forex New York, mengatakan bahwa pasar masih dalam fase tenang. “Ini adalah ketenangan sebelum badai. Kita sedang konsolidasi, bergerak dalam rentang yang sempit hari ini, sebagian besar mengikuti pola perdagangan Jumat,” ujarnya.

Menurut Chandler, pekan ini akan menjadi penentu karena data-data sektor riil seperti Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal pertama akan dirilis. “Kita telah banyak melihat data survei yang lemah, tapi pekan ini kita akan melihat bukti bahwa pelemahan mulai masuk ke sektor riil, dan itu sebelum dampak tarif diberlakukan,” jelasnya.

Euro tercatat menguat 0,4% terhadap dolar menjadi US$1,1411. Sementara itu, dolar AS melemah 1% terhadap yen ke level 142,24 yen. Ini menjadi penurunan bulanan terbesar dalam hampir dua setengah tahun, seiring kekhawatiran atas keandalan aset AS di bawah kepemimpinan Trump.

Dari sisi hubungan dagang, baik AS maupun China menunjukkan sinyal melunak. Pemerintahan Trump membuka kemungkinan untuk menurunkan tarif, sementara China membebaskan beberapa impor dari tarif 125%.

Namun, di tengah klaim Trump soal kemajuan negosiasi, pemerintah China membantah adanya pembicaraan. Pada Minggu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga tidak mengonfirmasi bahwa pembicaraan tarif sedang berlangsung.

Pada Senin, Bessent menyebut bahwa mitra dagang utama AS telah membuat proposal yang “sangat baik” untuk menghindari tarif. Ia juga mengatakan bahwa salah satu kesepakatan pertama yang mungkin ditandatangani adalah dengan India.

Mengenai China, Bessent menyebut “semua elemen pemerintahan” AS tetap berkomunikasi dengan Beijing. Ia menekankan bahwa sekarang tergantung pada China untuk mengurangi ketegangan, mengingat surplus perdagangan China terhadap AS yang sangat besar.

Pasar kini menunggu data ketenagakerjaan AS untuk bulan April yang akan dirilis Jumat ini. Diperkirakan pertumbuhan lapangan kerja masih berlanjut, meski dengan laju yang lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya.

Beberapa pejabat The Fed, termasuk Ketua Jerome Powell, telah menyatakan siap memangkas suku bunga jika risiko terhadap pertumbuhan ekonomi semakin nyata. Namun, mereka cenderung menunggu bukti pelemahan nyata pada data riil seperti inflasi dan ketenagakerjaan sebelum mengambil keputusan.

Charu Chanana, Chief Investment Strategist di Saxo Bank, mengatakan, “Jadi kecuali data keras — khususnya pekerjaan dan konsumsi — benar-benar melemah, The Fed kecil kemungkinan untuk bertindak sebelum Juli. Mereka butuh bukti nyata untuk membenarkan langkah tersebut, bukan hanya perkiraan atau indikator lunak.”

Selain data ketenagakerjaan, pekan ini juga akan dirilis data PDB kuartal pertama dan indikator inflasi favorit The Fed, yaitu Core PCE. Di Eropa, data PDB dan inflasi awal juga dijadwalkan keluar.

Sementara itu, di Eropa, euro melemah 0,4% terhadap poundsterling menjadi 84,97 pence setelah terjadi pemadaman listrik besar-besaran di sebagian besar wilayah Spanyol.

Di Kanada, masyarakat menggelar pemilihan umum pada Senin. Partai Liberal yang berkuasa masih unggul tipis dalam survei dan lebih besar di pasar prediksi online. Namun, pasar opsi memperkirakan volatilitas nilai tukar tidak akan terlalu besar. Dolar Kanada tercatat stabil di C$1,3854 per US$.

Bank of Japan dijadwalkan menetapkan kebijakan moneter pada Kamis. Tidak ada perubahan kebijakan yang diharapkan, namun pasar akan mencermati pandangan ke depan, terutama terkait negosiasi perdagangan AS-Jepang yang diperkirakan akan membahas isu nilai tukar.

Di sisi lain, diplomat mata uang utama Jepang, Atsushi Mimura, membantah laporan dari surat kabar Yomiuri yang menyebut bahwa Scott Bessent dalam pertemuan bilateral menyatakan preferensi terhadap dolar lemah dan yen kuat.

Artikel Terkait

Dolar AS Melemah, Pasar Yakin The Fed Bakal Potong Suku Bunga Lagi

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

Laba SBMA Melejit 26,84%, Pendapatan Juga Naik di Semester I-2025!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk...

Ini Cara Aktivasi Rekening Dormant BNI

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru