Selasa, November 11, 2025
27.3 C
Jakarta

Dolar Menggila, Yen Ambruk Jelang Pemilu Jepang!

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada perdagangan Kamis (17/7/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (18/7/2025) WIB. Penguatan ini terjadi setelah sesi perdagangan yang bergejolak sehari sebelumnya, saat Presiden AS Donald Trump membantah isu pemecatan Ketua The Fed Jerome Powell.

Mengutip CNBC International, sepanjang bulan ini, dolar mencatatkan penguatan setelah sempat terpuruk selama paruh pertama tahun. Kenaikan imbal hasil obligasi AS turut menopang pergerakan dolar.

“Setelah mengalami penurunan tajam di paruh pertama tahun ini, dolar memulai paruh kedua dengan pijakan yang lebih kuat. Ini tampaknya didorong oleh aksi short covering dan kenaikan suku bunga AS,” kata Marc Chandler, Kepala Strategi Pasar di Bannockburn Global Forex, New York.

Dolar AS memperpanjang penguatannya setelah data ekonomi menunjukkan penjualan ritel di AS naik lebih tinggi dari perkiraan pada Juni. Jumlah klaim pengangguran juga menurun pekan lalu.

Namun, penguatan dolar tidak bertahan lama. Mata uang ini kembali ke posisi mendekati level sebelum data dirilis. Chandler menyebut hal ini menunjukkan “minimnya keyakinan jangka pendek” dari pelaku pasar.

Investor masih menimbang berbagai faktor yang bisa memengaruhi arah pasar. Di antaranya kebijakan tarif Trump, proyeksi fiskal dan utang AS, serta independensi The Fed.

Pada Rabu lalu, dolar sempat jatuh setelah muncul laporan Trump akan memecat Powell. Namun, pelemahan itu berkurang usai Trump membantahnya. Ia kembali menyatakan suku bunga seharusnya berada di level 1% atau bahkan lebih rendah.

Mantan Gubernur The Fed, Kevin Warsh, yang disebut-sebut bisa menggantikan Powell, mengatakan perlu ada kesepakatan baru antara Departemen Keuangan dan bank sentral AS. Ia merujuk pada pakta 1951 yang memisahkan pengelolaan utang negara dari kebijakan moneter.

Indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama termasuk yen dan euro, naik 0,41% menjadi 98,75. Euro melemah 0,45% ke posisi US$1,1582, setelah sempat menyentuh US$1,1555, level terendah sejak 23 Juni.

Poundsterling juga ikut melemah setelah data menunjukkan pertumbuhan upah di Inggris melambat pada Mei. Jumlah pekerja juga kembali turun bulan lalu. Mata uang Inggris itu terakhir diperdagangkan di level US$1,3405 atau turun 0,1%.

Dari Asia, yen Jepang melemah 0,58% ke posisi 148,73 per dolar AS. Mata uang ini menyentuh level terlemah sejak awal April. Ketidakpastian jelang pemilu parlemen Jepang serta belum tercapainya kesepakatan dagang dengan AS membuat investor berhati-hati.

Survei terbaru menunjukkan koalisi Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba terancam kehilangan mayoritas di majelis tinggi.

Negosiator utama Jepang, Ryosei Akazawa, mengadakan pembicaraan dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengenai tarif. Tokyo berupaya keras menghindari tarif 25% yang akan diterapkan jika tidak ada kesepakatan sebelum 1 Agustus.

Sementara itu, dolar Australia juga melemah setelah data ketenagakerjaan mengecewakan. Tingkat pengangguran naik ke level tertinggi sejak akhir 2021. Aussie terakhir diperdagangkan turun 0,64% di level US$0,6484.

- Advertisement -

Artikel Terkait

Pendapatan dan Laba ITMG Kompak Turun per September 2025, Ini Penyebabnya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)...

Kinerja Positif,  Laba Triniti Land (TRIN) Melonjak 150% per September 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Perintis Triniti Properti Tbk atau...

OJK Cabut Izin Usaha Crowde, Debitur Diminta Waspada

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencabut izin...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru