Jumat, September 26, 2025
34.7 C
Jakarta

Dollar AS Menguat, Euro Jatuh ke Level Terendah dalam Dua Tahun! Apa yang Terjadi?

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS menguat signifikan pada penutupan perdagangan hari Jumat (22/11/2024) waktu setempat atau Sabtu pagi (23/11/2024) WIB. Sebaliknya, euro jatuh ke level terendah dalam dua tahun terakhir. Hal ini dipicu oleh data aktivitas bisnis terbaru yang menunjukkan perbedaan kinerja ekonomi yang tajam di berbagai wilayah.

Mengutip CNBC International, Indeks Manajer Pembelian (PMI) zona euro untuk bulan November tercatat di angka 48,1. Angka ini turun ke titik terendah dalam 10 bulan terakhir dan berada di bawah level 50, yang menandakan kontraksi ekonomi. Sebelumnya, PMI diperkirakan akan berada di angka 50,0.

Sementara itu, PMI Inggris juga mengalami penurunan menjadi 49,9 pada November, setelah sebelumnya berada di 51,8 pada bulan Oktober. Penurunan ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang berencana menaikkan pajak perusahaan, yang memicu kontraksi sektor swasta pertama dalam lebih dari setahun.

Namun, ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda kekuatan. Indeks PMI komposit AS dari S&P Global tercatat 55,3 pada bulan ini, yang merupakan angka tertinggi sejak April 2022. Kenaikan ini didorong oleh sektor jasa yang tumbuh pesat, meskipun sektor manufaktur masih melemah.

Brian Jacobsen, Kepala Ekonom di Annex Wealth Management, mengatakan, “Ini menunjukkan dunia yang terbagi. AS melawan negara-negara lain, bahkan di dalam AS sendiri ada perbedaan antara sektor jasa dan manufaktur.” Ia juga menambahkan, “Seberapa lama sektor jasa AS bisa mengimbangi perlambatan sektor lainnya?”

Peningkatan aktivitas ekonomi di AS mendorong penguatan dolar AS. Indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar terhadap sekeranjang mata uang, naik 0,5% menjadi 107,53. Di sisi lain, euro tertekan 0,56%, diperdagangkan di 1,0414 US$, bahkan sempat jatuh ke 1,0333 US$, yang merupakan level terendah sejak November 2022.

Bitcoin juga mencatatkan kenaikan signifikan. Cryptocurrency ini melanjutkan penguatan hingga mencapai harga hampir 98.428 US$, dengan potensi menembus 100.000 US$ dalam waktu dekat. Kenaikan bitcoin ini dipicu oleh ekspektasi bahwa pemerintahan Donald Trump yang baru terpilih akan melonggarkan regulasi terhadap aset digital.

Sementara itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve AS mulai mereda. Pasar kini memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 0,25% pada pertemuan Desember hanya 56,2%, turun tajam dari 69,5% sebulan yang lalu.

Di pasar global, mata uang negara lain juga menunjukkan tren yang berbeda. Poundsterling melemah 0,5% menjadi 1,2522 US$, menuju penurunan mingguan kedua berturut-turut. Di Jepang, yen juga melemah 0,15% menjadi 154,74 per dolar, menandakan potensi intervensi dari pemerintah Jepang yang khawatir dengan pelemahan yen yang berkelanjutan.

Penurunan euro dan poundsterling memberikan tekanan pada bank sentral di Eropa dan Inggris. Para pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) mendesak Uni Eropa untuk segera menghidupkan kembali integrasi ekonomi guna melindungi model kemakmurannya di tengah ancaman perang dagang dengan AS.

Pelaku pasar juga masih menunggu pengumuman Presiden Trump terkait penunjukan Menteri Keuangan. Beberapa laporan menyebutkan bahwa Trump berencana menunjuk Kevin Warsh, mantan anggota Dewan Gubernur Federal Reserve, sebagai Menteri Keuangan, yang bisa menjadi calon Ketua Fed di masa depan.

Artikel Terkait

Merdeka Copper (MDKA) Rugi USD15,8 Juta per Juni 2025, Ini Penyebabnya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)...

Pendapatan dan Laba Merdeka Battery (MBMA) Kompak Turun di Semester I 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Kinerja keuangan PT Merdeka Battery Materials...

Sepanjang 2025: Inflow SBN Rp42,6 Triliun, Outflow Saham Rp58,7 Triliun, SRBI Rp119,6 Triliun

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Di tengah gejolak pasar keuangan global,...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru