STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kembali tergelincir terhadap sejumlah mata uang utama pada penutupan perdagangan Senin (30/6/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (1/7/2025) WIB. Ketidakpastian mengenai prospek kesepakatan dagang dan kekhawatiran defisit anggaran AS terus membebani pergerakan greenback.
Mengutip CNBC International, dolar melemah 0,44% terhadap franc Swiss ke level 0,79475. Terhadap euro, mata uang AS juga turun 0,28% ke posisi US$1,175450. Sepanjang bulan ini, dolar tercatat anjlok 3,4% terhadap franc dan tertekan sekitar 3,6% terhadap euro.
“Dolar sedang melemah karena potensi kenaikan besar dalam defisit anggaran, dan ketidakpastian soal kesepakatan tarif juga terus berlanjut,” kata Eugene Epstein, Kepala Divisi Structuring untuk wilayah Amerika Utara di Moneycorp, New Jersey.
Sementara itu, Senat AS masih berupaya meloloskan rancangan undang-undang pemotongan pajak dan belanja besar-besaran dari Presiden Donald Trump. RUU ini diprediksi akan menambah utang nasional hingga US$3,3 triliun, dan memicu perpecahan di dalam Partai Republik sendiri.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan bahwa negara-negara mitra dagang masih bisa menghadapi lonjakan tarif pada 9 Juli mendatang meskipun mereka sedang bernegosiasi secara serius. Ia menambahkan bahwa keputusan untuk memperpanjang masa tenggat tarif sepenuhnya ada di tangan Trump.
Di sisi lain, Bessent juga menyebut bahwa AS dan China telah menyelesaikan masalah seputar ekspor mineral tanah jarang dan magnet dari China ke AS. Kesepakatan ini menjadi revisi dari perjanjian dagang yang sempat dicapai di Jenewa pada Mei lalu.
Namun sentimen positif tersebut belum cukup kuat mengangkat dolar. “Kita sempat mendapat kabar baik dari Uni Eropa dan potensi kesepakatan lain yang muncul. Tapi kemudian Trump berubah sikap soal Kanada pada Jumat, dan itu mengacaukan segalanya lagi,” ujar Epstein.
Terhadap yen Jepang, dolar AS turun 0,19% ke level 144,33. Secara bulanan, posisi dolar terhadap yen diperkirakan tak berubah signifikan.
Di sisi lain, dolar Kanada atau loonie justru menguat 0,36% terhadap greenback ke C$1,36 per US$1. Ini menjadi bulan kelima berturut-turut loonie mencatat penguatan.
Kinerja dolar secara keseluruhan juga tercermin dari indeks dolar, yang mengukur nilai dolar terhadap enam mata uang utama termasuk euro dan yen. Indeks ini turun 0,15% ke level 97,05 dan berada di jalur penurunan bulanan keenam secara berturut-turut. Ini juga menjadi kinerja semester pertama terburuk dolar sejak tahun 1970-an.
“Ini seperti permainan kursi musik,” kata Epstein. “Kadang RUU ‘big beautiful bill’ yang jadi sorotan, kadang negosiasi dagang, lalu berganti ke konflik Iran-Israel. Semuanya seperti bergantian mendominasi perhatian pasar.”
Poundsterling Inggris turun 0,12% ke US$1,3698, sementara dolar Australia menguat 0,52% ke US$0,6563 terhadap dolar AS.