Minggu, Desember 7, 2025
28.3 C
Jakarta

Duel Sengit Emiten Sarang Walet: RLCO vs NEST, Siapa Lebih Unggul?

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Industri pasar modal tanah air kedatangan pemain baru di sektor sarang burung walet. PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 8 Desember 2025. Kehadiran emiten ini menambah opsi saham bagi para investor. Namun, kemunculan pendatang baru ini langsung disandingkan dengan PT Esta Indonesia Tbk (NEST). NEST dinilai lebih dulu mapan dan memiliki fondasi bisnis lebih kokoh.

Perbandingan kedua emiten ini terlihat mencolok berdasarkan data prospektus masing-masing. NEST memiliki posisi strategis berkat model bisnis yang terintegrasi secara vertikal. Bisnisnya mencakup pembibitan, budidaya, pengolahan, hingga perdagangan. Struktur ini menjadikan NEST pemain yang menguasai proses dari hulu ke hilir.

Infrastruktur produksi NEST terbilang lengkap. Saat ini NEST mengoperasikan 15 rumah walet sebagai fasilitas produksi. Fasilitas ini didukung pabrik pengontrol kualitas untuk memastikan konsistensi standar bahan baku. Kontrol penuh atas rantai produksi membuat NEST dapat meminimalkan ketergantungan terhadap pasokan pasar bebas. Pasokan dari pasar bebas biasanya rentan terhadap fluktuasi harga.

Kapasitas produksi NEST juga sangat besar. Perusahaan ini memiliki unit usaha pengolahan melalui PT Tunas Esta Indonesia (TEI). Kapasitas produksi NEST tercatat sebanyak 30 ton. Sementara itu, TEI menyumbang kapasitas 50 ton. Total kapasitas produksi gabungan mencapai 80 ton per tahun. Angka ini berada jauh di atas standar banyak pemain lain. Hal ini memperkuat kesiapan NEST menghadapi permintaan ekspor.

Kondisi berbeda terlihat pada model bisnis RLCO. Perusahaan ini fokus pada pengolahan dan pencucian sarang walet saja. RLCO tidak memiliki fasilitas hulu seperti rumah walet. Mereka sepenuhnya bergantung pada pembelian bahan baku eksternal dari pasar. Ketergantungan ini membuat perusahaan lebih terekspos pada volatilitas harga sarang walet mentah.

Meski demikian, RLCO memiliki keunggulan tersendiri di segmen hilir. Produk siap konsumsi RLCO merupakan hasil produksi sendiri. Pendapatan downstream RLCO tercatat sekitar Rp 50 miliar. Sementara itu, NEST masih bekerja sama dengan mitra dari China untuk produk hilir.

NEST memiliki mitra strategis raksasa. Perusahaan ini menjadi pemasok utama Xiamen Yan Palace Bird’s Nest Industry Co Ltd. Xiamen Yan Palace adalah produsen sarang walet terbesar di China. Penjualan per tahun mitra NEST ini mencapai Rp 5 triliun dengan valuasi senilai HK 3.2 billion. Xiamen Yan Palace juga tercatat sebagai pemegang 5% saham NEST. Kerjasama ini memberikan akses pasar global yang lebih luas dan stabil.

Perbandingan kesehatan keuangan kedua perusahaan juga menjadi sorotan. NEST saat ini tidak memiliki utang berbunga. Perusahaan telah melunasi utang sebesar Rp 22 miliar pada September 2024. Total liabilitas per 30 September 2025 dapat ditekan 61,9% menjadi Rp 44,03 miliar. Ekuitas NEST tercatat sebesar Rp 367,6 miliar. Rasio utang terhadap ekuitas atau Debt to Equity Ratio (DER) NEST hanya 0,12 kali.

Sebaliknya, RLCO mencatatkan tingkat utang yang cukup tinggi. DER RLCO per 31 Mei 2025 mencapai 2,88 kali. Angka ini mencerminkan tingginya tingkat leverage. Total liabilitas RLCO hingga akhir Mei 2025 sebesar Rp 509,25 miliar. Kewajiban ini didominasi oleh utang jangka pendek senilai Rp 477,97 miliar.

Ekuitas RLCO tercatat sebesar Rp 176,52 miliar per 31 Mei 2025. Jumlah saldo laba perusahaan melorot 36,8% secara year-to-date menjadi Rp 21,74 miliar. Posisi kas perusahaan juga mengalami tekanan hebat. Kas dan setara kas RLCO hanya tersisa Rp 4,03 miliar. Angka ini anjlok 87,47% dibandingkan posisi per 31 Desember 2024 yang sebesar Rp 32,16 miliar. Penurunan kas terutama dipengaruhi arus kas bersih untuk aktivitas operasi sebesar Rp 36,97 miliar.

Walaupun memiliki beban utang, kinerja penjualan RLCO tetap tumbuh. Selama lima bulan pertama tahun ini, penjualan RLCO mencapai Rp 231,32 miliar. Angka ini meningkat 47,56% dibandingkan periode sama tahun 2024. Laba bersih juga melonjak 609,2% menjadi Rp 12,34 miliar. Mitra utama ekspor RLCO adalah TJ Seven Incorporation dengan nilai transaksi Rp 108,6 miliar selama lima bulan pertama 2025.

Rencana penggunaan dana hasil penawaran umum perdana (IPO) kedua emiten ini juga berbeda. NEST fokus menggunakan dana untuk ekspansi pabrik dan teknologi. Hal ini sejalan dengan prospek pertumbuhan ekspansi besar dan pembangunan rumah walet berteknologi tinggi. Sementara itu, RLCO akan menggunakan dana IPO untuk pembelian bahan baku. Fokus RLCO adalah stabilisasi pasokan dan perbaikan struktur keuangan.

Secara keseluruhan, NEST menempati posisi yang jauh lebih kuat dibanding RLCO berkat ekosistem bisnis lengkap dari hulu hingga hilir. Perusahaan ini mengendalikan seluruh rantai nilai mulai dari budidaya sampai pengolahan. Sebaliknya, RLCO masih bergantung penuh pada pasokan eksternal. Perusahaan pendatang baru ini menghadapi tantangan berupa leverage tinggi, penurunan kas, dan skala usaha hilir yang lebih kecil.

- Advertisement -

Artikel Terkait

IHSG Diperkirakan Mixed, Bahana Sekuritas Rekomendasi: ‘BUY’ GZCO, WIFI, RAJA dan Sederet Saham Ini!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek...

BEI Tanya Isu Akuisisi ASLI, Manajemen Beri Penjelasan Begini!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Asri Karya Lestari Tbk (ASLI)...

IPO RLCO Resmi Senin Besok, Investor Wajib Tahu Aturan Lock Saham

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali kedatangan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru