STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) berhasil menunjukkan performa kuat di tengah tantangan ekonomi yang meningkat. Selama sembilan bulan pertama 2024, IPCC mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 4% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp148,02 miliar hingga September. Bahkan, laba per lembar saham perusahaan turut meningkat 4,2% menjadi Rp81,40 dari sebelumnya Rp78,06.
Direktur Keuangan, SDM, dan Manajemen Risiko IPCC, Wing Megantoro, menjelaskan bahwa rasio profitabilitas perusahaan mengalami peningkatan. ” Net profit margin IPCC di triwulan III tahun ini melambung menjadi 26,24% dari periode yang sama di tahun lalu sebesar 25,89%,” ujarnya, dalam keterangan resmi dikutip Selasa (29/10/2024). EBITDA Margin IPCC juga naik menjadi 46,7%, memperlihatkan daya tahan finansial perusahaan.
Selain performa laba, IPCC tetap fokus pada efisiensi operasional di setiap lini bisnisnya. Wing menegaskan, IPCC hingga kini tidak memiliki pinjaman dalam bentuk obligasi atau dari perbankan. Hal ini memungkinkan perusahaan lebih leluasa dalam merencanakan ekspansi bisnis di masa depan.
Di sisi operasional, data Gaikindo menunjukkan target penjualan mobil nasional menurun dari 1,1 juta menjadi 850 ribu unit. Meski demikian, trafik kargo konsolidasi IPCC naik 13,5% atau setara 90.820 unit hingga September 2024. Peningkatan ini didorong oleh pembukaan terminal satelit di Semayang, Balikpapan, dan Trisakti, Banjarmasin, yang berfokus pada kargo alat berat dan truk. IPCC bahkan mencatat lonjakan signifikan sebesar 74,1% pada penanganan kargo alat berat dan truk/bus di wilayah kerjanya.
Branch Jakarta menjadi penopang utama pendapatan IPCC, terutama dari lonjakan kargo kendaraan listrik (EV). Sejak Juni 2024, cargo EV meningkat 19% per bulan dengan total 15.988 unit dari berbagai merek seperti BYD, Wuling, Citroen, Vinfast, dan AION.
Direktur Utama IPCC, Sugeng Mulyadi, menyampaikan bahwa meski penjualan kendaraan bermotor menurun tahun ini, IPCC tetap mencatat kinerja positif. Hal ini berkat strategi manajemen yang tepat dalam memaksimalkan potensi lahan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak.
Salah satunya adalah layanan Pre Delivery Centre (PDC), yang menyediakan tempat penyimpanan kendaraan sebelum dikirim ke pelabuhan tujuan. Perubahan strategi bisnis di sektor komersial juga membantu meningkatkan pendapatan perusahaan. “Sinergi dan komunikasi yang baik dengan para pengguna jasa menjadi kunci utama keberhasilan ini,” tutur Sugeng.
Bagus Dwipoyono, Direktur Operasi dan Teknik IPCC, menambahkan IPCC telah menerapkan digitalisasi melalui sistem operasi baru, PTOS-C. Sistem ini, yang dikembangkan oleh Anak Usaha Pelindo, mampu mengintegrasikan dan melengkapi sistem yang sudah ada. Dengan begitu, kebutuhan pelanggan bisa terpenuhi lebih baik, sehingga prinsip service excellent benar-benar terealisasi, bukan sekadar slogan. Selain itu, IPCC juga terus melakukan standarisasi operasi, pengembangan SDM, dan transformasi terminal untuk menghadapi tantangan yang ada. Harapannya, iklim bisnis otomotif membaik dan berdampak positif pada perekonomian nasional.
Masuknya berbagai merek asal Tiongkok ke ekosistem kendaraan listrik (EV) nasional, disertai pembukaan pabrik-pabrik di sekitar Jakarta, diharapkan bisa mendorong peningkatan arus ekspor dan impor cargo EV pada tahun depan. Hal ini diperkirakan akan memacu pertumbuhan penjualan otomotif dalam negeri.
“Sejalan dengan program Perusahaan yang fokus pada pengembangan strategi bisnis yang berkelanjutan serta terus berupaya untuk memperluas pengelolaan terminal kendaraan di wilayah Indonesia khususnya wilayah Indonesia bagian tengah dan timur yang diharapkan tercipta konektivitas antar terminal yang pada akhirnya dapat menurunkan biaya logistik dengan proses yang efisien dan terintegrasi serta selalu memenuhi ekspektasi para pelanggan/pengguna jasa”, tutup Sugeng.