Rabu, Desember 3, 2025
29.7 C
Jakarta

GTSI Tarik Kredit Rp365 Miliar dan US$50 Juta Bank BNI, Intip Penggunaannya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) –  Direksi PT GTS Internasional Tbk (GTSI) telah menandatangani perjanjian kredit investasi senilai US$365 miliar dan fasilitas kredit tidak langsung US$50 juta dari Bank Negara Indonesia (BBNI) pada 01 Desember 2025.

Direktur GTSI Dira K. Mochtar, dalam keterangan tertulis, Rabu 3 Desember 2025 mengemukakan, fasilitas kredit  investasi memiliki tenor 60 bulan sejak tanggal penandatanganan perjanjian dengan bunga 8% per tahun. Dana tersebut untuk keperluan Refinancing kapal LNG Carrier Danaputri 1 tahun 2006 milik Perseroan.

Sementara itu, lanjut Dira, fasilitas  Plafond Standby L/C dengan Limit Kredit US$50 juta berjangka waktu 12 bulan sejak tanggal penandatanganan pinjaman. Fasilitas ini untuk keperluan Penerbitan SBLC/Demand Guarantee yang digunakan untuk jaminan pembayaran untuk pembelian bahan baku kepada supplier oleh Perseroan dan anak usaha.

Terkait fasilitas tersebut, jelas Dira, terdapat jaminan berupa penempatan dana/deposito sebesar 20%  dari maksimum Plafond Fasilitas SBLC atau sebesar US$10 juta  dengan pemenuhan sebagai berikut. Sebesar US$6 juta akan dipenuhi dari pencairan Fasilitas Kredit Investasi refinancing Kapal Danaputri 1. Sisanya akan dipenuhi pada setiap penerbitan SBLC sehingga terpenuhi sebesar 20% dari plafond SBLC yang akan digunakan dan dikembalikan saat SBLC jatuh tempo.

“Fasilitas kredit tersebut akan digunakan untuk membiayai modal kerja Perseroan,” tulis Dira dalam keterangan tertulis, Rabu 3 Desember 2025.

Menurut Dira, Transaksi tersebut merupakan Transaksi Material karena nilai transaksi ini melebihi 20%  dari ekuitas perseroan. Namun, transaksi tersebut merupakan Transaksi Material yang dikecualikan berdasarkan Pasal 11 huruf b dan huruf c POJK No. 17/POJK.04/2020, sehingga berdasarkan ketentuan tersebut, Perseroan hanya diwajibkan untuk melakukan keterbukaan informasi.

Dira menambahkan, transaksi ini akan memperkuat modal kerja dan kemampuan likuiditas Perseroan. “Sehingga dengan demikian akan meningkatkan kinerja operasional dan finansial Perseroan di masa mendatang,”ujarnya. (konrad)

- Advertisement -

Artikel Terkait

IHSG Berakhir di 8.611,787, Turun 0,06% Dipicu Saham BBCA, BBRI, BUMI dan DEWA

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Meski dibuka menguat di level 8.655,018, Indeks Harga...

Tunda Bayar Bunga Obligasi dan Bagi Hasil Sukuk, BEI Lanjutkan Suspensi Saham WIKA

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Bursa Efek Indonesia (BEI) melanjutkan penghentian  sementara (suspensi)...

Ratusan Emiten Terancam Tak Lulus Jika OJK Naikkan Batas Free Float 15%, Butuh Dana Rp 203 Triliun

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menghitung...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru