STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia turun lebih dari 1% pada penutupan perdagangan Kamis (9/10/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (10/10/2025) WIB. Padahal sehari sebelumnya harga logam mulia ini berhasil menembus level psikologis US$4.000 per ons. Penurunan ini terjadi karena dolar Amerika Serikat (AS) menguat dan investor memilih mengambil keuntungan setelah tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Mengutip CNBC International, pada pukul 12.38 waktu New York, harga emas spot melemah 1,1% menjadi US$3.993,41 per ons. Kontrak emas berjangka AS untuk pengiriman Desember juga turun 1,6% menjadi US$4.006,40 per ons.
Sementara itu, indeks dolar AS naik 0,5% dan berada di dekat level tertinggi dalam dua bulan terakhir. Kondisi ini membuat harga emas yang dijual dalam denominasi dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli dari luar negeri.
“Para spekulan mulai menarik sebagian keuntungan dari perdagangan emas setelah gencatan senjata Gaza diberlakukan, karena hal itu menurunkan tensi di kawasan yang secara historis sangat bergejolak,” ujar Tai Wong, analis logam independen.
Israel dan Hamas pada Kamis menandatangani perjanjian gencatan senjata, yang disebut sebagai langkah pertama dari inisiatif Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang di Gaza.
Meski demikian, Wong menilai prospek emas masih positif. “Secara keseluruhan, kepercayaan terhadap perdagangan ini belum berkurang. Namun, reli harga emas terjadi begitu cepat sehingga dukungan kuat baru akan muncul di sekitar level US$3.850,” jelasnya.
Sebelumnya, harga emas sempat menembus level tertinggi sepanjang sejarah di US$4.059,05 per ons pada Rabu. Aset tanpa imbal hasil ini tetap menjadi pilihan utama investor di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global. Sepanjang tahun ini, harga emas sudah melonjak sekitar 52%.
Reli harga emas didorong oleh ketegangan geopolitik, aksi beli bank sentral dunia, peningkatan aliran dana ke reksa dana berbasis emas (ETF), ekspektasi pemangkasan suku bunga AS, serta ketidakpastian ekonomi akibat tarif perdagangan.
Risalah pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve) bulan September menunjukkan para pejabat The Fed sepakat risiko terhadap pasar tenaga kerja meningkat, sehingga layak dilakukan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Trader kini memperkirakan pemangkasan suku bunga tambahan masing-masing 25 basis poin pada Oktober dan Desember, dengan peluang 95% dan 80%.
Di sisi lain, harga perak justru menanjak 1,3% ke US$49,49 per ons, bahkan sempat menembus level US$50 untuk pertama kalinya. Kenaikan tajam ini didorong oleh permintaan investasi yang kuat dan pasokan yang terbatas.
“Perak saat ini sedang mengejar ketertinggalan, bergerak lebih agresif naik dibandingkan emas dalam beberapa sesi terakhir,” ujar David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.
Adapun harga platinum turun 1,7% menjadi US$1.635,25 per ons, sementara palladium melemah 1,2% ke US$1.431,58 per ons.
