STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia naik lebih dari 1% pada penutupan perdagangan Selasa (20/5/2025) waktu setempat, atau Rabu pagi (21/5/2025) WIB. Kenaikan ini didorong oleh pelemahan dolar Amerika Serikat dan meningkatnya ketidakpastian global.
Mengutip CNBC International, harga emas di pasar spot menguat 2% menjadi US$3.294,71 per ons. Sementara itu, emas berjangka AS ditutup menguat 1,6% ke level US$3.284,60 per ons.
Pelemahan dolar jadi salah satu pemicu utama kenaikan harga emas. Dolar AS kembali melemah setelah sebelumnya tertekan karena pandangan hati-hati dari Federal Reserve terhadap ekonomi AS.
Tekanan terhadap dolar makin besar setelah lembaga pemeringkat Moody’s memangkas peringkat utang pemerintah AS dari “Aaa” menjadi “Aa1”. Moody’s menyebut utang yang terus membengkak sebagai alasan utama penurunan peringkat tersebut.
Dolar yang lebih lemah membuat emas jadi lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain. Ini membuat permintaan terhadap emas meningkat.
“Masih ada ketidakpastian di pasar. Khususnya setelah penurunan peringkat oleh Moody’s dan melemahnya dolar yang ikut mendorong penguatan logam mulia secara keseluruhan,” ujar David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.
Pasar saham AS juga mengalami tekanan. Investor kini fokus pada pemungutan suara penting di Washington terkait pemangkasan pajak besar-besaran yang diusulkan Presiden Donald Trump.
Dalam kondisi seperti ini, emas kembali menjadi pilihan sebagai aset aman. Ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi mendorong investor mengalihkan dana ke aset lindung nilai seperti emas.
Menurut Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures, pergerakan harga emas kini berada dalam kisaran baru. “Emas akan menghadapi resistensi kuat di US$3.350, dengan sedikit hambatan di US$3.300. Saat ini kita bergerak di kisaran baru antara US$3.150 sampai US$3.350,” katanya.
Di luar emas, ketegangan antara Rusia dan Ukraina juga berdampak pada logam mulia lain, seperti platinum dan paladium. David Meger menyebut ketegangan ini lebih berpengaruh pada dua logam tersebut karena Rusia adalah produsen terbesar paladium dan produsen platinum terbesar kedua di dunia.
Uni Eropa dan Inggris bahkan sudah mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia pada Selasa. Langkah ini diambil tanpa menunggu keterlibatan AS, sehari setelah Presiden Donald Trump berbicara dengan Vladimir Putin namun gagal mendapatkan komitmen gencatan senjata di Ukraina.
Harga platinum melonjak 5% menjadi US$1.048,05 per ons. Ini merupakan level tertinggi sejak Oktober 2024. Sementara paladium naik 4,2% ke posisi US$1.015,58, tertinggi sejak 4 Februari.
Pergerakan harga juga terjadi pada logam mulia lainnya. Spot silver atau perak naik 2,1% menjadi US$33,01 per ons.