STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia mengalami penurunan lebih dari 2% pada penutupan perdagangan Jumat (19/7/2024) waktu setempat atau Sabtu pagi (20/7/2024) WIB. Hal ini terjadi setelah dolar AS menguat dan aksi ambil untung meningkat. Sebelumnya, harga emas sempat mencapai puncak tertinggi sepanjang masa awal pekan ini.
Mengutip CNBC International, harga emas spot turun 1.9% menjadi US$2,399.27 per ons pada pukul 17:58 GMT. Kontrak emas berjangka AS ditutup anjlok 2,3% menjadi US$2,399.10.
Kenaikan dolar AS sekitar 0.2% terhadap mata uang lainnya, serta kenaikan imbal hasil Treasury 10-tahun, memberikan tekanan pada harga emas. Selain itu, pasar juga melihat peluang 98% dari pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve AS pada bulan September, menurut CME FedWatch Tool.
“Kami melihat banyak keputusan investasi yang mendorong permintaan emas,” kata Alex Ebkarian, kepala operasional di Allegiance Gold. “Selain aksi ambil untung, narasi tentang pendaratan lunak juga menekan harga emas. Investor cenderung mengalihkan uang mereka dari investasi yang aman ke investasi yang lebih berisiko.”
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan awal pekan ini bahwa bacaan inflasi terbaru “menambah sedikit keyakinan” bahwa laju kenaikan harga kembali ke target bank sentral secara berkelanjutan.
“Jika ETF menambah emas seiring penurunan suku bunga, maka harga emas harus naik secara signifikan,” kata Chris Mancini, manajer portofolio asosiasi di Gabelli Gold Fund. “Jika ekonomi yang lebih lemah menyebabkan pemerintah melakukan stimulus, terutama untuk infrastruktur, maka baik emas maupun logam industri akan naik bersamaan.”
Di sisi fisik, permintaan emas di Asia lesu minggu ini. Konsumen enggan melakukan pembelian baru meskipun ada diskon besar, lebih memilih memanfaatkan harga emas yang mencapai rekor tertinggi.
Spot perak turun sekitar 3.2% menjadi US$29.11 per ons, dan platinum turun 0.3% menjadi US$964.75, sementara paladium kehilangan 2.7% menjadi US$905.09. Ketiga logam ini menuju penurunan mingguan.