STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia melemah pada akhir perdagangan Kamis (14/8/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (15/8/2025) WIB. Harga logam mulia ini turun setelah rilis data inflasi produsen Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari perkiraan. Klaim tunjangan pengangguran juga tercatat menurun. Kondisi ini membuat dolar AS dan imbal hasil obligasi menguat. Sentimen pasar pun berubah, sehingga peluang Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga jumbo pada September menjadi lebih kecil.
Mengutip CNBC International, harga emas spot tercatat turun 0,5% menjadi US$3.337,21 per troy ounce pada pukul 13.50 waktu New York. Kontrak emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup melemah 0,7% di US$3.383,20 per troy ounce.
Indeks dolar AS menguat 0,5% dari posisi terendah lebih dari dua pekan. Penguatan ini membuat emas menjadi kurang menarik bagi pembeli di luar AS. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun juga naik dari level terendah dalam sepekan.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga produsen (PPI) naik 3,3% secara tahunan pada Juli, melampaui perkiraan 2,5%. Sementara itu, klaim tunjangan pengangguran mingguan tercatat 224.000, lebih rendah dari perkiraan 228.000.
“Emas diperdagangkan lebih rendah karena data PPI AS yang lebih tinggi dari perkiraan bisa menurunkan ekspektasi pemangkasan suku bunga. Angka ini berpotensi memicu inflasi inti PCE Juli yang lebih tinggi, sehingga The Fed kemungkinan tetap berhati-hati,” ujar Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen.
Namun, Hansen menegaskan pandangan positifnya terhadap emas. “Secara keseluruhan, data ini tidak mengubah pandangan bullish kami pada emas karena pada akhirnya The Fed harus memilih antara melawan inflasi atau mendukung perekonomian,” katanya.
Sejumlah pelaku pasar kini cenderung memperkirakan penurunan suku bunga hanya sebesar 0,25% bulan depan, disusul pemangkasan lagi pada Oktober. Pandangan ini sejalan dengan komentar pejabat The Fed, Mary Daly, yang menolak urgensi pemangkasan 0,5% di September.
Emas yang dikenal sebagai aset lindung nilai saat ketidakpastian ekonomi atau geopolitik cenderung diuntungkan dari suku bunga rendah.
“Kami tidak berpikir reli emas telah berhenti. Ini hanya konsolidasi, dengan para pelaku bullish menunggu katalis baru. Pemangkasan suku bunga bisa menjadi pemicu reli berikutnya,” kata Analis Senior Logam Mulia CRU, Kiril Kirilenko. Ia menambahkan, harga emas kemungkinan akan menguji kembali rekor US$3.500 per ounce pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.
Di pasar logam lainnya, harga perak spot turun 1,3% menjadi US$37,97 per troy ounce. Platinum naik 1,1% ke US$1.354,33 per troy ounce dan paladium menguat 2% menjadi US$1.144,50 per troy ounce.