STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia naik lebih dari 1% pada penutupan perdagangan Kamis (15/5/2025) waktu setempat, atau Jumat pagi (16/5/2025) WIB. Kenaikan ini dipicu oleh pelemahan dolar Amerika Serikat dan data ekonomi yang lemah dari Negeri Paman Sam.
Mengutip CNBC International, harga emas di pasar spot menguat 1,2% ke level US$3.226,6 per ons troi. Sementara itu, emas berjangka AS naik hampir 1% ke posisi US$3.218,70 per ons troi.
Indeks dolar turun tipis 0,1%. Melemahnya dolar membuat emas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain.
Pasar juga bereaksi terhadap laporan ekonomi terbaru dari AS. Data menunjukkan bahwa harga produsen secara mengejutkan turun pada bulan April. Pertumbuhan penjualan ritel juga melambat.
Sebelumnya, laporan inflasi konsumen juga menunjukkan kenaikan harga yang lebih rendah dari perkiraan. Hal ini menambah harapan bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve akan segera memangkas suku bunga.
“Data hari Kamis memberikan lebih banyak ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga, dengan ekspektasi pelonggaran moneter yang semakin menguat di pasar,” ujar Peter Grant, Wakil Presiden dan analis logam senior di Zaner Metals.
Grant juga menyebut ketegangan geopolitik ikut mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset aman. Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menghadiri pembicaraan damai dengan Ukraina di Turki dan hanya mengirim tim negosiator tingkat kedua.
“Putin yang tidak hadir dalam pembicaraan damai di Turki membuat harapan akan tercapainya kesepakatan damai meredup. Menurut saya, hal ini turut menopang harga emas hari ini,” kata Grant.
Investor tetap berhati-hati karena ketegangan perdagangan global belum sepenuhnya mereda. Meskipun Amerika Serikat dan China sepakat melakukan jeda tarif selama 90 hari, ketidakpastian masih membayangi pasar.
Tak hanya emas, logam mulia lainnya juga ikut naik. Harga perak spot naik 0,6% menjadi US$32,42 per ons troi. Platinum menguat 1,3% ke US$989,05, dan palladium naik 1,6% ke US$966,05 per ons troi.
Johnson Matthey mencatat bahwa pasar palladium yang sempat defisit sepanjang 2012 hingga 2024 kini mulai seimbang.