STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Jumat (13/12/2024) waktu setempat atau Sabtu pagi (14/12/2024) WIB. Penurunan ini terjadi setelah emas sempat menyentuh level tertinggi dalam lebih dari lima minggu. Penguatan dolar AS menjadi penyebab utama pelemahan ini.
Mengutip CNBC International, harga emas spot turun 1,1% ke US$2.652,29 per ounce. Dolar AS yang menyentuh level tertinggi dalam dua minggu terakhir memberikan tekanan pada logam mulia ini. Meski begitu, secara mingguan, harga emas tetap naik lebih dari 0,8%.
Kontrak berjangka emas AS juga melemah 1,1% ke US$2.678,50. Para analis menyebut aksi ambil untung menjelang akhir tahun sebagai salah satu faktor utama penurunan harga emas.
“Emas sudah menunjukkan performa yang luar biasa sepanjang tahun ini. Saya yakin penurunan ini hanya sementara, dan tren naik akan kembali,” ujar Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Kinerja emas tahun ini memang mencuri perhatian. Kebijakan moneter yang longgar, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, dan permintaan aset safe haven menjadi pendorong utama kenaikan harga emas.
Pelaku pasar saat ini memperkirakan peluang 97% Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan 17-18 Desember mendatang. Pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, juga dinantikan untuk membaca arah kebijakan moneter AS di 2025.
Di sisi lain, tarif baru yang direncanakan Presiden terpilih Donald Trump diprediksi akan meningkatkan inflasi. Kondisi ini bisa membuat emas semakin diminati sebagai pelindung nilai dari pelemahan ekonomi.
Namun, analis Julius Baer, Carsten Menke, mengingatkan bahwa ekonomi AS yang lebih kuat tahun depan bisa membatasi peluang pemangkasan suku bunga lebih lanjut. “Hal ini mungkin mengurangi daya tarik emas,” ujarnya.
Selain emas, harga perak turun 1,3% menjadi US$30,55 per ounce. Platinum melemah 0,9% ke US$921,75, dan palladium turun 1,9% ke US$951,87. Ketiga logam ini mencatatkan kerugian secara mingguan.