STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia melemah 1% pada penutupan perdagangan Kamis (6/2/2025) waktu setempat, atau Jumat pagi (7/2/2025) WIB. Penurunan harga logam mulia ini terjadi setelah reli panjang selama lima hari. Penguatan dolar AS dan aksi ambil untung membuat harga emas turun dari rekor tertingginya.
Mengutip CNBC International, harga emas spot tercatat turun 0,4% ke US$2.853,83 per ons setelah sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di US$2.882,16 pada Rabu. Harga emas berjangka AS juga melemah 0,5% ke US$2.877,9 per ons.
Analis menyebut beberapa faktor menjadi penyebab pelemahan ini. Dolar AS menguat menjelang rilis data tenaga kerja. Imbal hasil obligasi juga naik tipis. Di sisi lain, investor memanfaatkan momentum ini untuk merealisasikan keuntungan.
Pasar kini menunggu laporan ketenagakerjaan AS. Berdasarkan survei Reuters, nonfarm payrolls diperkirakan bertambah 170.000 pekerjaan setelah melonjak 256.000 di Desember. Tingkat pengangguran diprediksi tetap di 4,1%.
Pasar tenaga kerja yang kuat menjaga pertumbuhan ekonomi AS. Kondisi ini memberi ruang bagi The Fed untuk menahan pemangkasan suku bunga sambil mengevaluasi dampak kebijakan Donald Trump terhadap inflasi.
Meski turun dalam jangka pendek, emas masih dianggap sebagai aset safe haven. Inflasi yang mulai naik membuat minat terhadap emas tetap tinggi.
“Emas bisa menuju US$2.900 karena sentimen pasar masih sangat kuat,” kata Alex Ebkarian, COO Allegiance Gold.
Secara teknikal, indeks kekuatan relatif (RSI) emas berada di atas 70, menandakan kondisi overbought. Artinya, tekanan jual bisa berlanjut.
Sementara itu, stok emas di Bank of England dilaporkan menyusut 2% sejak akhir tahun lalu. Permintaan emas fisik yang tinggi menyebabkan cadangan emas bank sentral Inggris terkuras.
Di pasar logam lainnya, harga perak spot turun 0,4% ke US$32,18 per ons. Palladium anjlok 1,3% ke US$976,53 per ons, sementara platinum justru naik 0,6% ke US$985,00 per ons.