STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mengumumkan status Unusual Market Activity (UMA) pada perdagangan akhir pekan ini. Kali ini, terdapat lima saham emiten yang masuk dalam pengawasan ketat bursa. Kelimanya mengalami lonjakan harga yang dinilai di luar kebiasaan. Pengumuman tersebut disampaikan pada Jumat, 19 Desember 2025.
Saham-saham yang kini dipantau ketat meliputi PT MNC Energy Investments Tbk (IATA), PT Urban Jakarta Propertindo Tbk (URBN), dan PT Newport Marine Services Tbk (BOAT). Selain itu, PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM) serta PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE) juga masuk dalam daftar ini. Penetapan status ini dilakukan dalam rangka memberikan perlindungan bagi para investor di pasar modal.
Kepala Divisi Pengaturan & Operasional Perdagangan BEI, Pande Made Kusuma Ari A menegaskan posisi bursa terkait status ini. Ia menyampaikan hal tersebut melalui surat pengumuman resmi.
“Pengumuman Unusual Market Activity (UMA) tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal,” jelas Pande dalam keterbukaan informasi, Jumat (19/12/2025).
Pihak bursa mencatat informasi terakhir mengenai IATA pada tanggal 11 Desember 2025. Laporan tersebut berisi tentang kepemilikan atau setiap perubahan kepemilikan saham perusahaan terbuka. Sementara itu, informasi terakhir untuk URBN tercatat pada 9 Desember 2025 perihal laporan bulanan registrasi pemegang efek.
Untuk saham BOAT, informasi terakhir dipublikasikan pada 4 Desember 2025 mengenai penjelasan atas volatilitas transaksi. Sedangkan BBRM menyampaikan laporan bulanan registrasi pemegang efek pada 5 Desember 2025. Terakhir, SPRE memberikan penjelasan atas permintaan penjelasan Bursa pada 11 Desember 2025.
Saat ini, BEI sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham-saham tersebut. Otoritas bursa meminta para investor untuk tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Ada empat poin penting yang harus diperhatikan investor.
Pertama, investor diharapkan memperhatikan jawaban perusahaan tercatat atas permintaan konfirmasi bursa. Kedua, investor wajib mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya.
Ketiga, bursa menyarankan investor untuk mengkaji kembali rencana corporate action perusahaan tercatat. Hal ini menjadi krusial apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Terakhir, Pande mengingatkan soal manajemen risiko. Investor harus mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
Harga Saham
Pada perdagangan 18 Desember 2025, saham IATA ditutup menguat signifikan. Harga terakhir berada di Rp147, naik Rp11 atau 8.09% dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp136. Saham ini dibuka di Rp138, sempat menyentuh level tertinggi Rp156, dan terendah Rp136. Volume perdagangan mencapai 482.615.600 saham. Sepanjang tahun berjalan, IATA mencetak harga tertinggi Rp147 dan terendah Rp40. Dalam rentang 52 minggu, saham ini bergerak di kisaran Rp40 hingga Rp156. Kapitalisasi pasar tercatat Rp4.597.547.007.207.
Saham URBN melonjak tajam pada perdagangan yang sama. Harga terakhir ditutup di Rp288, naik Rp50 atau 21.01% dari harga penutupan sebelumnya Rp238. Saham ini dibuka di Rp238, menyentuh level tertinggi Rp290, dan terendah Rp210. Volume transaksi tercatat 24.394.200 saham. Sepanjang tahun berjalan, URBN mencatat harga tertinggi Rp288 dan terendah Rp93. Rentang pergerakan 52 minggu berada di kisaran Rp93 hingga Rp290. Kapitalisasi pasar mencapai Rp930.851.320.320.
Saham BOAT juga ditutup menguat. Harga terakhir berada di Rp228, naik Rp10 atau 4.59% dari penutupan sebelumnya Rp218. Saham ini dibuka di Rp224 dan bergerak di rentang Rp224 hingga Rp256. Volume perdagangan tercatat 191.358.300 saham. Harga tertinggi tahun berjalan berada di Rp230, sedangkan terendah di Rp86. Dalam periode 52 minggu, BOAT bergerak di kisaran Rp68 sampai Rp258. Nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp798.383.040.000.
Saham BBRM mencatatkan lonjakan paling besar. Harga ditutup di Rp199, naik Rp51 atau 34.46% dibandingkan penutupan sebelumnya Rp148. Saham ini dibuka di Rp147, menyentuh level tertinggi Rp199, dan terendah Rp142. Volume transaksi mencapai 630.478.800 saham. Sepanjang tahun berjalan, harga tertinggi tercatat di Rp199 dan terendah di Rp72. Dalam rentang 52 minggu, pergerakan saham berada di kisaran Rp67 hingga Rp199. Kapitalisasi pasar tercatat Rp1.687.418.575.272.
Sementara itu, saham SPRE ditutup menguat pada akhir perdagangan. Harga terakhir berada di Rp210, naik Rp19 atau 9.95% dari penutupan sebelumnya Rp191. Saham ini dibuka di Rp192 dan bergerak di kisaran Rp191 hingga Rp210. Volume perdagangan tercatat 34.678.000 saham. Harga tertinggi tahun berjalan berada di Rp232 dan terendah di Rp73. Dalam periode 52 minggu, saham SPRE bergerak di rentang Rp68 hingga Rp282. Kapitalisasi pasar tercatat Rp168.000.000.000.
