STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak dunia kembali turun tajam pada penutupan perdagangan Kamis (19/12/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (20/12/2024) WIB. Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan pasokan minyak yang melimpah.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari 2025 melemah 0,95% atau 67 sen ke level US$69,91 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari 2025 turun 0,69% atau 51 sen menjadi US$72,88 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Tren negatif ini terus berlangsung sepanjang tahun.
Kebijakan bank sentral menjadi salah satu faktor utama. Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan inflasi yang tinggi membuat penurunan suku bunga tidak bisa dilakukan terburu-buru. “Kami akan berhati-hati dalam menentukan kebijakan, terutama untuk tahun depan,” ujarnya.
Pernyataan Powell memicu reaksi negatif pasar. Penguatan dolar AS ke level tertinggi dalam dua tahun terakhir semakin menekan harga minyak. Dolar yang kuat membuat minyak lebih mahal bagi pembeli di luar AS.
Di Eropa, Bank of England mempertahankan suku bunga di tengah inflasi tinggi, menambah ketidakpastian pasar. Sementara itu, Bank of Japan tetap pada kebijakan ultra-rendah meski mendapat tekanan dari pasar.
Ekonomi global yang melambat juga menjadi perhatian. Di China, ekonomi yang lesu menekan permintaan minyak. Sinopec memproyeksikan konsumsi minyak China akan mencapai puncaknya pada 2027, seiring transisi energi besar-besaran.
Pasar minyak diperkirakan akan menghadapi surplus pada tahun depan. J.P. Morgan memprediksi pasokan minyak akan melebihi permintaan hingga 1,2 juta barel per hari. Hal ini memperburuk prospek harga minyak global.
Namun, ada sedikit kabar baik. Stok minyak mentah AS turun 934.000 barel pada pekan yang berakhir 13 Desember. Meski lebih kecil dari perkiraan 1,6 juta barel, penurunan ini memberikan sedikit kelegaan di tengah tekanan pasar.