Selasa, Oktober 28, 2025
25.8 C
Jakarta

Harga Minyak Dunia Melemah, Rencana OPEC Tambah Produksi Tekan Pasar

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia melemah pada penutupan perdagangan Senin (27/10/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (28/10/2025) WIB. Tekanan datang dari rencana Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menaikkan produksi pada Desember mendatang. Langkah ini menekan sentimen positif dari harapan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China, serta sanksi baru Washington terhadap Rusia.

Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent turun 32 sen atau 0,5% menjadi US$65,62 per barel, di London ICE Futures Exchange.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 19 sen atau 0,3% mencapai US$61,31 per barel, di New York Mercantile Exchange. Keduanya sempat jatuh sekitar 1% di awal perdagangan.

Delapan negara anggota OPEC+ dikabarkan mendukung penambahan produksi secara moderat pada Desember. Keputusan resmi akan dibahas dalam pertemuan OPEC+ pada Minggu mendatang. Empat sumber yang mengetahui rencana itu menyebut Arab Saudi mendorong langkah tersebut untuk merebut kembali pangsa pasar.

Dari sisi geopolitik, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu pada Kamis mendatang. Pertemuan ini akan membahas potensi kesepakatan dagang yang bisa menahan tarif impor China hingga 100% dan menunda pembatasan ekspor logam tanah jarang dari Beijing.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan, pejabat kedua negara telah menyusun kerangka kesepakatan dagang yang bisa menghindari penerapan tarif penuh dan menunda kontrol ekspor logam tanah jarang dari China.

Meski begitu, sebagian analis menilai harga minyak masih berhati-hati menjelang keputusan OPEC. Dennis Kissler, Senior Vice President of Trading di BOK Financial, mengatakan harga futures minyak sedang jeda setelah reli tajam minggu lalu, sementara Trump dan Xi akan bertemu untuk menyelesaikan sebagian besar perbedaan dalam negosiasi dagang.

Kissler menambahkan, pasar memperhitungkan potensi peningkatan perdagangan dengan China dan berkurangnya ekspor Rusia, namun pelaku pasar tetap waspada terhadap dampak riilnya terhadap pasokan global.

Sanksi baru Amerika Serikat terhadap perusahaan minyak besar Rusia yang diumumkan pekan lalu diperkirakan bisa menekan ekspor Rusia, meski dampaknya terhadap harga masih terbatas.

Selain pasokan, kekhawatiran terhadap lemahnya permintaan juga menekan pasar. Harga minyak Brent sempat menyentuh level terendah sejak Mei di awal bulan ini sebelum kembali naik karena sanksi terhadap Rusia dan permintaan kuat dari Amerika Serikat.

Chris Beauchamp, Chief Market Analyst di IG Bank, mengatakan harapan investor bullish adalah konsumsi minyak di AS terus pulih. Jika tidak, penurunan harga yang terjadi saat ini bisa semakin dalam.

Sepanjang tahun ini, OPEC dan sekutunya mengubah arah kebijakan dengan membatalkan pemangkasan produksi untuk merebut kembali pangsa pasar global. Langkah tersebut membuat harga minyak tertahan dalam beberapa bulan terakhir.

Menteri Perminyakan Irak Hayan Abdel-Ghani menyebut negaranya tengah bernegosiasi terkait kuota produksi sesuai kapasitas nasional sebesar 5,5 juta barel per hari. Ia memastikan kebakaran di ladang minyak Zubair pada Minggu tidak mempengaruhi ekspor Irak.

Pekan lalu, harga minyak Brent dan WTI sempat melonjak masing-masing 8,9% dan 7,7% akibat sanksi dari Amerika Serikat dan Uni Eropa terhadap Rusia. Analis Rystad Energy, Janiv Shah, mengatakan hambatan bagi minyak Rusia untuk masuk ke pasar global masih mungkin terjadi tergantung penerapan sanksi tersebut.

- Advertisement -

Artikel Terkait

Harga Emas Dunia Turun, Akhiri Tren Kenaikan 9 Minggu Beruntun

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia tergelincir pada penutupan perdagangan...

Harga Minyak Naik 7% dalam Seminggu, AS Jatuhkan Sanksi Baru terhadap Raksasa Migas Rusia

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia kembali menguat pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru