STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia naik di awal perdagangan Asia Senin (26/5/2025) waktu setempat. Kenaikan ini dipicu oleh keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menunda tenggat waktu pembicaraan dagang dengan Uni Eropa.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah berjangka Brent naik 37 sen atau 0,6% menjadi US$65,15 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 34 sen atau 0,6% ke posisi US$61,87 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Analis pasar dari IG, Tony Sycamore, mengatakan keputusan Trump memberi dorongan positif untuk pasar. “Ada dorongan bagus untuk harga minyak dan futures saham AS pagi ini setelah Presiden Trump memperpanjang tenggat waktu,” ujarnya.
Trump memutuskan untuk menunda pemberlakuan tarif terhadap Uni Eropa hingga 9 Juli. Penundaan ini disampaikan setelah Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan bahwa pihaknya membutuhkan lebih banyak waktu untuk mencapai kesepakatan dagang.
Menurut Sycamore, isu tarif dan kebijakan fiskal akan menjadi faktor penentu utama bagi sentimen risiko dan pergerakan harga minyak sepanjang pekan ini.
Harga Brent dan WTI juga sempat naik 0,5% pada penutupan Jumat lalu. Kenaikan ini terjadi seiring lambatnya perkembangan pembicaraan nuklir antara AS dan Iran yang mengurangi kekhawatiran masuknya kembali minyak Iran ke pasar global.
Selain itu, pembeli dari AS juga mulai menutup posisi menjelang libur panjang Memorial Day.
Data dari Baker Hughes turut mendukung harga. Perusahaan jasa energi itu mencatat jumlah rig minyak aktif di AS turun 8 rig menjadi 465 pada pekan lalu. Angka ini merupakan yang terendah sejak November 2021, sebagai dampak dari tekanan harga minyak yang lebih rendah.
Meski begitu, penguatan harga dibatasi oleh ekspektasi bahwa OPEC+ bisa menaikkan produksi pada bulan Juli. Kelompok produsen minyak ini disebut-sebut akan menambah pasokan sebanyak 411.000 barel per hari dalam pertemuan pekan depan.
Reuters sebelumnya melaporkan bahwa OPEC+ berpotensi menghapus sisa pemangkasan sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga akhir Oktober. Mereka sudah lebih dulu menaikkan target produksi sekitar 1 juta barel per hari untuk periode April hingga Juni.