STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia melonjak pada penutupan perdagangan Kamis (2/1/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (3/1/2025) WIB, Kenaikan sekitar 2% ini didorong oleh optimisme terhadap ekonomi China. Presiden Xi Jinping berjanji akan mendorong pertumbuhan ekonomi, yang membuat sentimen pasar positif.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2025 menguat US$1,62 atau 2,3% menjadi US$73,34 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari 2025 naik US$1,47 atau 2% mencapai US$76,11 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Kenaikan harga minyak juga dipicu data aktivitas pabrik China yang tumbuh pada Desember meski lebih lambat dari ekspektasi. Analis memandang data ini sebagai tanda Beijing akan mempercepat langkah stimulus ekonominya.
Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates di Florida berpendapat kenaikan ini bisa terus berlanjut. “Harga berpotensi mencapai level yang cukup tinggi untuk menarik aksi jual jangka pendek,” ujarnya. Ritterbusch memprediksi WTI bisa melewati US$74 per barel.
Dalam pidato Tahun Baru, Xi Jinping menyampaikan bahwa China akan mengadopsi kebijakan yang lebih proaktif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2025.
Di sisi lain, data stok bahan bakar AS menunjukkan hasil beragam. Persediaan bensin naik 7,7 juta barel menjadi 231,4 juta barel, sementara distilat seperti diesel dan minyak pemanas meningkat 6,4 juta barel menjadi 122,9 juta barel. Namun, stok minyak mentah AS hanya turun 1,2 juta barel menjadi 415,6 juta barel, jauh dari perkiraan analis sebesar 2,8 juta barel.
Situasi geopolitik juga memengaruhi pasar. Rusia menghentikan ekspor gas melalui Ukraina setelah kontrak transit berakhir pada 31 Desember. Uni Eropa telah mengamankan pasokan alternatif, meski Hongaria tetap menerima gas Rusia melalui jalur TurkStream.
Tony Sycamore, analis dari IG Market, menilai data ISM manufaktur AS yang akan dirilis besok dapat menjadi penentu pergerakan harga minyak selanjutnya. “Harga WTI sedang berada dalam pola ketat. Pergerakan besar mungkin segera terjadi,” katanya.
Meski ada momentum positif di awal tahun, survei Reuters memprediksi harga minyak bisa tetap tertekan di sekitar US$70 per barel. Hal ini disebabkan lemahnya permintaan dari China dan peningkatan pasokan global yang mengimbangi upaya OPEC+ untuk menstabilkan pasar.