STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia naik tipis pada penutupan perdagangan Jumat (23/5/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (24/5/2025) WIB. Meski naik, harga minyak masih berada di jalur penurunan mingguan pertamanya sejak April lalu.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah berjangka Brent naik 30 sen atau 0,47% ke level US$64,74 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 27 sen atau 0,44% dan ditutup di posisi US$61,47 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Meski menguat di akhir pekan, baik Brent maupun WTI diperkirakan turun lebih dari 1% dalam sepekan terakhir. Ini terjadi setelah dua pekan berturut-turut mencatatkan kenaikan.
Pelemahan ini dipicu oleh ekspektasi pasar terhadap potensi lonjakan pasokan minyak dari OPEC+. Kelompok negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, akan menggelar pertemuan pekan depan.
Dalam pertemuan tersebut, OPEC+ diperkirakan akan menambah kuota produksi sebesar 411.000 barel per hari untuk bulan Juli.
Reuters melaporkan bahwa OPEC+ kemungkinan akan menghapus sisa pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari pada akhir Oktober. Sebelumnya, kelompok ini sudah menaikkan target produksi sekitar 1 juta barel per hari untuk bulan April, Mei, dan Juni.
“Brent turun seiring dengan ekspektasi bahwa OPEC+ akan menaikkan kuota produksinya sebesar 411.000 barel per hari pada Juli,” kata Analis SEB, Bjarne Schieldrop.
Di sisi lain, kekhawatiran soal potensi konflik geopolitik yang sempat menekan pasar di awal pekan ikut mereda. Ini termasuk laporan bahwa Israel sedang bersiap menyerang fasilitas nuklir Iran, serta sanksi baru dari Uni Eropa dan Inggris terhadap perdagangan minyak Rusia.
Selain itu, lonjakan stok minyak mentah di Amerika Serikat juga membebani harga. Permintaan penyimpanan minyak di AS kini meningkat tajam, mendekati level saat pandemi COVID-19. Data ini berasal dari perusahaan broker penyimpanan energi, The Tank Tiger.
Pasar juga tengah menanti data jumlah rig minyak dan gas AS dari Baker Hughes yang akan dirilis Jumat. Data ini biasanya dijadikan indikator untuk memperkirakan pasokan minyak ke depan.
Selain itu, pelaku pasar masih mencermati perkembangan negosiasi nuklir antara AS dan Iran. Perundingan putaran kelima dijadwalkan digelar di Roma pada hari yang sama. Hasil pertemuan ini bisa menentukan nasib pasokan minyak dari Iran ke pasar global.