Minggu, Agustus 10, 2025
29.4 C
Jakarta

Harga Minyak Melejit 3%! Serangan AS ke Iran Bikin Dunia Ketar-Ketir

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak dunia langsung melonjak tajam hingga 3% di awal pekan ini. Kenaikan terjadi usai Amerika Serikat meluncurkan serangan langsung ke Iran yang memicu kekhawatiran gangguan pasokan dari kawasan Timur Tengah yang kaya minyak.

Mengutip CNBC International, pada Minggu malam waktu AS atau Senin pagi WIB, harga minyak mentah berjangka Brent melonjak US$2,38 atau 3,1% menjadi US$79,39 per barel, di London ICE Futures Exchange.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik sebesar US$2,30 atau 3,1% ke level US$76,14 per barel, di New York Mercantile Exchange.

Kondisi ini terjadi setelah Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa Washington secara resmi ikut terlibat dalam konflik Iran-Israel. Serangan dilakukan ke tiga fasilitas nuklir Iran yang berada di Fordo, Natanz, dan Isfahan.

Menanggapi serangan tersebut, Menteri Luar Negeri Iran menyatakan bahwa Republik Islam tersebut “memiliki semua opsi” untuk mempertahankan kedaulatan dan rakyatnya di tengah terus berlangsungnya baku tembak dengan Israel.

Amerika Serikat melalui Menteri Luar Negeri Marco Rubio memberikan peringatan keras kepada Iran agar tidak menutup Selat Hormuz, jalur pelayaran penting untuk perdagangan minyak global. Sekitar 20 juta barel minyak per hari atau setara 20% dari konsumsi dunia melewati selat tersebut sepanjang tahun 2024, berdasarkan data Energy Information Administration.

Media pemerintah Iran mengabarkan bahwa parlemen setempat telah menyetujui penutupan Selat Hormuz. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Iran.

“Itu akan menjadi bunuh diri ekonomi bagi mereka jika dilakukan, dan kami memiliki opsi untuk menanganinya,” ujar Rubio dalam wawancara dengan Fox News. “Itu akan merugikan ekonomi negara lain jauh lebih parah daripada kami. Ini akan menjadi eskalasi besar yang layak mendapatkan respons, bukan hanya dari kami, tetapi juga negara lain.”

Menurut laporan bulanan OPEC yang dirilis bulan Juni, produksi minyak Iran mencapai 3,3 juta barel per hari (bpd) pada Mei lalu. Dari angka itu, sekitar 1,84 juta bpd diekspor, sebagian besar ke Tiongkok, berdasarkan data dari Kpler.

Rubio juga mendesak Beijing agar menggunakan pengaruhnya untuk mencegah Teheran menutup selat strategis tersebut. Data Kpler menyebutkan bahwa sekitar setengah dari impor minyak mentah Tiongkok melalui jalur laut berasal dari Teluk Persia.

“Saya mendorong pemerintah Tiongkok di Beijing untuk menelepon mereka soal itu, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk suplai minyak mereka,” kata Rubio.

Investor kini mencermati risiko potensi ketidakstabilan lebih lanjut terhadap rezim Iran akibat konflik terbuka dengan AS dan Israel. Situasi ini dibandingkan dengan kekacauan pasca penggulingan Muammar Gaddafi di Libya pada 2011 oleh NATO yang berdampak panjang terhadap pasokan minyak dari negara tersebut.

Ketegangan juga meningkat di Irak, produsen minyak terbesar kedua di OPEC, tempat milisi pro-Teheran sebelumnya mengancam akan menyerang AS jika Iran diserang, khususnya pemimpin tertingginya, Ayatollah Ali Khamenei.

Pada Minggu, Garda Revolusi Iran menyatakan bahwa “pangkalan AS di kawasan bukanlah kekuatan mereka, tapi justru menjadi titik kelemahan terbesar,” tanpa menyebutkan lokasi spesifik mana yang dimaksud. Pernyataan itu dikutip dari kantor berita Iran, Fars.

Sementara itu, Arab Saudi yang baru saja memulihkan hubungan diplomatik dengan Iran tampaknya mengambil sikap lebih berhati-hati dalam konflik ini. Pemerintah Riyadh menyatakan sedang mencermati situasi dengan penuh keprihatinan.

“Kerajaan Arab Saudi mengikuti dengan penuh keprihatinan perkembangan di Republik Islam Iran, terutama terkait penargetan fasilitas nuklir Iran oleh Amerika Serikat,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.

Meskipun menjadi sekutu dekat AS di kawasan, Arab Saudi masih membatasi keterlibatannya dalam konflik Iran-Israel. Pada 2019, sebelum memulihkan hubungan dengan Iran, fasilitas minyak Saudi di Abqaiq dan Khurais sempat mengalami kerusakan akibat serangan yang diklaim oleh kelompok Houthi. Namun, Riyadh dan Washington menyalahkan Iran, yang kemudian membantah keterlibatannya.

Menanggapi situasi terkini, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA), Fatih Birol menyatakan pihaknya terus memantau perkembangan. “Pasar saat ini masih dalam kondisi pasokan yang cukup, tapi kami siap bertindak bila diperlukan,” ujarnya. Birol mengatakan IEA memiliki cadangan darurat sebesar 1,2 miliar barel.

Artikel Terkait

Harga Emas Meroket Sentuh Level Tertinggi 2 Minggu, Investor Cari Aman!

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia ditutup menguat pada akhir...

Harga Minyak Turun Tipis, Pasar Tunggu Pertemuan Trump-Putin

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak mentah dunia bergerak turun...

Harga Emas Dunia Turun Tipis, Investor Ambil Untung Jelang Keputusan Trump Soal The Fed

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia ditutup melemah tipis pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru