STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia turun tipis pada penutupan perdagangan Senin (17/11/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (18/11/2025) WIB. Pasar merespons dibukanya kembali aktivitas bongkar muat di pelabuhan ekspor Novorossiysk, Rusia, setelah sempat ditutup dua hari akibat serangan Ukraina.
Mengutip CNBC International, turun 19 sen atau 0,3% menjadi US$64,20 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 18 sen atau 0,3% ke US$59,91 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Kedua acuan ini sempat menguat lebih dari 2% pada akhir pekan lalu. Kenaikan itu muncul setelah ekspor dari Novorossiysk dan terminal Caspian Pipeline Consortium berhenti sementara. Gangguan tersebut sempat memengaruhi sekitar 2% pasokan minyak global. Aktivitas pengiriman kembali berjalan pada Minggu.
Serangan Ukraina ke infrastruktur energi Rusia tetap menjadi sorotan. Militer Ukraina menyatakan telah menyerang kilang minyak Ryazan pada Sabtu. Staf Umum Ukraina juga melaporkan kilang minyak Novokuibyshevsk di wilayah Samara ikut terdampak.
“Investor mencoba mengukur seberapa besar serangan Ukraina akan memengaruhi ekspor minyak mentah Rusia dalam jangka panjang,” ujar analis Fujitomi Securities, Toshitaka Tazawa.
Investor juga memantau dampak sanksi Barat terhadap pasokan minyak Rusia. Amerika Serikat memberlakukan larangan transaksi dengan Lukoil dan Rosneft setelah 21 November untuk menekan Moskow agar masuk ke meja perundingan terkait perang Ukraina.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyampaikan Republikan sedang menyiapkan aturan yang akan memberikan sanksi bagi negara yang berbisnis dengan Rusia. Trump menambahkan Iran berpotensi masuk daftar tersebut.
OPEC+ bulan ini sepakat menambah target produksi Desember sebanyak 137.000 barel per hari. Jumlah ini sama dengan peningkatan untuk Oktober dan November. Organisasi itu juga sepakat menahan kenaikan produksi pada kuartal pertama tahun depan.
Laporan ING memperkirakan pasar minyak masih berada dalam kondisi surplus besar hingga 2026. Namun, laporan itu mengingatkan risiko suplai meningkat akibat serangan drone Ukraina ke fasilitas energi Rusia. ING juga menyoroti insiden penyitaan tanker oleh Iran di Teluk Oman, rute penting bagi sekitar 20 juta barel per hari arus minyak global.
Data terbaru menunjukkan spekulan meningkatkan posisi net long untuk ICE Brent sebanyak 12.636 lot menjadi 164.867 lot hingga Selasa pekan lalu. ING menilai kenaikan ini didorong aksi short-covering, yang menunjukkan sebagian pelaku pasar mulai enggan memasang posisi jual di tengah ketidakpastian risiko suplai.
Analis UBS, Giovanni Staunovo, memperkirakan harga minyak tetap mendapat dukungan. “Kenaikan oil-on-water belum memicu peningkatan persediaan di darat,” ujarnya. “Kami memperkirakan harga bergerak ke batas bawah kisaran perdagangan dalam beberapa bulan ke depan, tetapi pandangan kami lebih konstruktif untuk paruh kedua 2026.”
