Senin, Oktober 13, 2025
29.8 C
Jakarta

Harga Minyak Naik Drastis Usai Iran Putus Kerja Sama dengan Badan Nuklir PBB

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia ditutup melonjak pada perdagangan Rabu (2/7/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (3/7/2025) WIB. Lonjakan ini terjadi usai Iran menghentikan kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Namun, peningkatan pasokan minyak di Amerika Serikat menahan laju penguatan.

Mengutip CNBC International, harga minyak mentah berjangka Brent naik US$2 atau 2,98% dan ditutup di level US$69,11 per barel, di London ICE Futures Exchange.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat US$2 atau 3,06% ke posisi US$67,45 per barel, di New York Mercantile Exchange.

Iran menetapkan undang-undang baru yang mewajibkan setiap inspeksi ke fasilitas nuklir harus mendapat persetujuan dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi. Langkah ini dianggap memperkeruh hubungan dengan IAEA, yang dituduh Iran berpihak pada negara-negara Barat dan membenarkan serangan udara Israel.

“Pasar sedang menghitung risiko geopolitik dari keputusan Iran terhadap IAEA,” ujar Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS. “Namun ini masih soal sentimen, belum ada gangguan nyata pada pasokan minyak.”

Kenaikan harga minyak sempat tertahan oleh data dari Badan Informasi Energi AS (EIA). Stok minyak mentah AS naik 3,8 juta barel menjadi 419 juta barel pekan lalu. Angka ini jauh di atas perkiraan analis yang hanya memprediksi penurunan 1,8 juta barel.

Permintaan bensin juga turun menjadi 8,6 juta barel per hari. Penurunan ini terjadi saat musim panas yang biasanya menjadi puncak konsumsi.

“Selama musim panas, angka 9 juta barel per hari biasanya jadi batas sehat pasar,” kata Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho. “Sekarang kita jauh di bawah itu. Ini bukan pertanda bagus.”

Sementara itu, rencana peningkatan produksi dari OPEC+ dinilai sudah diantisipasi pasar. Priyanka Sachdeva, analis pasar senior dari Phillip Nova, menilai pasar tidak akan terkejut jika produksi kembali naik.

Empat sumber OPEC+ menyebut grup ini berencana menaikkan produksi sebesar 411.000 barel per hari bulan depan. Jumlah ini sejalan dengan kenaikan yang telah disepakati untuk Mei, Juni, dan Juli.

Arab Saudi juga meningkatkan pengiriman minyak sebesar 450.000 barel per hari pada Juni dibanding Mei. Ini menjadi lonjakan tertinggi sejak lebih dari satu tahun terakhir, menurut data Kpler.

Meski begitu, ekspor OPEC+ secara keseluruhan relatif datar sejak Maret. Staunovo memperkirakan tren ini akan berlanjut sepanjang musim panas karena permintaan energi cenderung meningkat akibat cuaca panas.

Investor kini menantikan laporan ketenagakerjaan bulanan AS yang akan dirilis Kamis. Laporan ini akan memberi petunjuk mengenai peluang penurunan suku bunga The Fed pada paruh kedua tahun ini.

“Jika suku bunga turun, aktivitas ekonomi bisa meningkat, dan itu akan mendongkrak permintaan minyak,” kata Tony Sycamore, analis dari IG.

Artikel Terkait

Harga Emas Dunia Tembus Lagi di Atas US$4.000 per Ounce Usai Trump Ancam China

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia kembali melonjak menembus level...

Harga Minyak Dunia Ambles 4% Usai Trump Ancam Kenaikan Tarif untuk China

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia merosot tajam pada...

LPEM FEB UI Ungkap Potensi Kripto Dongkrak Ekonomi Nasional

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru