Rabu, Oktober 15, 2025
30.8 C
Jakarta

Harga Minyak Naik Lebih dari 2%, Pasar Waspadai Surplus dan Sanksi Rusia

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia menguat lebih dari 2% pada penutupan perdagangan Jumat (11/7/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (12/7/2025) WIB. Investor mempertimbangkan kondisi pasar yang ketat dalam jangka pendek, di tengah kekhawatiran akan kelebihan pasokan global dan potensi sanksi tambahan terhadap Rusia.

Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent naik US$1,72 atau 2,51% menjadi US$70,36 per barel, di London ICE Futures Exchange.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat US$1,88 atau 2,82% ke posisi US$68,45 per barel, di New York Mercantile Exchange.

Dengan kenaikan ini, Brent mencatatkan kenaikan mingguan sebesar 1,6%. Sedangkan WTI naik sekitar 0,6% dibanding penutupan minggu lalu.

Badan Energi Internasional (IEA) menyebut pasar minyak global bisa jadi lebih ketat dari yang terlihat. Permintaan didorong oleh aktivitas kilang selama musim panas untuk memenuhi kebutuhan perjalanan dan pembangkitan listrik.

“Baik di udara maupun di jalan raya, masyarakat menunjukkan minat kuat untuk bepergian,” ujar analis PVM John Evans dalam catatan hari Jumat.

Meskipun permintaan jangka pendek terlihat kuat, IEA menaikkan proyeksi pertumbuhan pasokan tahun ini. Di sisi lain, mereka memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan. Hal ini membuka kemungkinan pasar akan mengalami surplus pasokan.

Analis Commerzbank mengatakan, “OPEC+ akan dengan cepat dan signifikan membuka keran produksi. Ada ancaman kelebihan pasokan yang cukup besar. Namun, dalam jangka pendek, harga minyak masih tetap mendapat dukungan.”

Dukungan jangka pendek juga datang dari Rusia. Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak menyatakan Rusia akan mengompensasi kelebihan produksi terhadap kuota OPEC+ mereka pada Agustus–September tahun ini.

Tanda lain dari kuatnya permintaan dalam waktu dekat adalah rencana Arab Saudi untuk mengirim sekitar 51 juta barel minyak mentah ke China pada Agustus. Ini akan menjadi pengiriman terbesar dalam lebih dari dua tahun terakhir.

Namun untuk jangka panjang, OPEC memangkas proyeksi permintaan global untuk tahun 2026 hingga 2029. Penurunan ini dipicu oleh melambatnya konsumsi minyak di China, sebagaimana tertuang dalam laporan World Oil Outlook 2025.

Sebelumnya, pada hari Kamis, harga minyak sempat anjlok lebih dari 2%. Investor khawatir kebijakan tarif baru Presiden Donald Trump bisa menekan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi.

Harga minyak kemudian pulih sebagian setelah Trump menyatakan akan menyampaikan pernyataan penting terkait Rusia pada Senin mendatang. “Hal ini bisa membuat pasar waspada karena ada potensi sanksi tambahan terhadap Rusia,” tulis analis ING dalam catatan untuk klien.

Di Eropa, Komisi Eropa berencana mengusulkan batas harga mengambang untuk minyak Rusia sebagai bagian dari sanksi baru. Namun Rusia mengatakan pihaknya punya “pengalaman baik” dalam menghadapi tantangan seperti ini dan dapat meminimalkan dampaknya.

Artikel Terkait

Harga Emas Tembus Rekor Baru! Sentuh di Atas $4.100 Gegara The Fed & Ketegangan Dagang

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia mencetak rekor baru pada...

Harga Minyak Dunia Ambruk Lebih dari 1%,  Tertekan Ketegangan AS-China dan Laporan IEA

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia kembali turun lebih...

Harga Emas Sentuh Rekor Baru di Atas US$4.100, Dipicu Ketegangan Dagang dan Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia kembali melonjak tajam pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru