Rabu, Agustus 6, 2025
32.2 C
Jakarta

Harga Minyak Terjun Bebas, Surplus Pasokan dan Dolar AS Jadi Pemicu Utama!

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak dunia mengalami penurunan tajam pada penutupan perdagangan Senin (23/12/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (24/12/2024) WIB. Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran tentang surplus pasokan yang akan terjadi tahun depan dan penguatan dolar AS menjelang libur Natal.

Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2025 merosot 0,3% menjadi US$69,24 per barel, di New York Mercantile Exchange.

Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari 2025 turun 0,4% mencapai US$72,63 per barel, di London ICE Futures Exchange.

Analis Macquarie memperkirakan pasokan minyak akan berlebih tahun depan. Dalam laporan Desember mereka, Macquarie memproyeksikan harga Brent akan turun menjadi rata-rata US$70,50 per barel. Ini lebih rendah dibandingkan rata-rata harga tahun ini yang mencapai US$79,64 per barel.

Di Eropa, kekhawatiran mengenai pasokan minyak sedikit mereda setelah pipa Druzhba kembali beroperasi. Pipa yang mengalirkan minyak dari Rusia dan Kazakhstan ke beberapa negara Eropa sempat berhenti akibat masalah teknis.

Namun, penguatan dolar AS menjadi faktor utama yang menekan harga minyak. Dolar AS tercatat menguat ke level tertinggi dalam dua tahun terakhir. “Dengan dolar AS yang menguat, harga minyak kehilangan kenaikan sebelumnya,” kata Giovanni Staunovo, analis UBS, kepada Reuters.

Kondisi ini membuat minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Hal ini memperburuk sentimen pasar yang sudah lemah akibat kekhawatiran terhadap perekonomian global.

Pekan lalu, harga Brent turun sekitar 2,1%, sementara WTI merosot 2,6%. Penurunan ini disebabkan oleh kekhawatiran soal permintaan minyak yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Selain itu, sinyal dari Bank Sentral AS mengenai kebijakan moneter juga memberi beban pada pasar.

Laporan terbaru dari Sinopec, perusahaan pengilangan minyak besar di Asia, semakin menambah tekanan. Mereka memperkirakan konsumsi minyak di China akan mencapai puncaknya pada 2027.

Pernyataan Presiden AS terpilih, Donald Trump, juga semakin memanas. Trump mendesak Uni Eropa untuk meningkatkan impor minyak dan gas dari AS atau menghadapi tarif ekspor yang lebih tinggi. Ia bahkan mengancam akan mengambil alih kendali Terusan Panama karena masalah tarif, yang memicu respons keras dari Presiden Panama, Jose Raul Mulino.

Artikel Terkait

Harga Emas Mandek, Dolar AS Masih Terlalu Kuat

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia bergerak stabil pada akhir...

Harga Minyak Turun, Pasar Waspadai Kenaikan Produksi OPEC+ dan Ancaman Trump ke India

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak mentah dunia kembali ditutup...

Harga Emas Melesat 2%, Investor Yakin The Fed Akan Turunkan Suku Bunga Lebih Cepat

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia menguat tajam pada akhir...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru