Rabu, Oktober 29, 2025
28.5 C
Jakarta

Harga Minyak Turun 2%, Investor Waspadai Sanksi AS dan Rencana OPEC+

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia kembali turun sekitar 2% pada penutupan perdagangan Selasa (28/10/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (29/10/2025) WIB. Penurunan ini memperpanjang tren negatif selama tiga hari beruntun. Investor kini mencermati dampak sanksi Amerika Serikat terhadap dua perusahaan minyak besar Rusia serta rencana OPEC+ yang berpotensi menambah pasokan.

Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent turun US$1,22 atau 1,9% menjadi US$64,40 per barel, di London ICE Futures Exchange.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah US$1,16 atau 1,9% ke level US$60,15 per barel, di New York Mercantile Exchange.

Pelemahan harga ini terjadi setelah pekan lalu minyak sempat mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Juni. Kenaikan tersebut dipicu oleh keputusan Presiden AS Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap Rusia terkait konflik Ukraina. Sanksi itu menargetkan dua perusahaan energi besar Rusia, Lukoil dan Rosneft.

Pemerintah AS memberi pengecualian bagi bisnis Rosneft di Jerman karena aset tersebut sudah tidak lagi berada di bawah kendali Rusia. “Trump memberikan kelonggaran kepada Jerman, ini memberi kesan masih ada ruang negosiasi terkait sanksi. Kekhawatiran soal pasokan minyak pun langsung mereda. Kita melihat aksi jual cukup kuat hari ini,” ujar Phil Flynn, Analis Senior Price Futures Group.

Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol mengatakan dampak sanksi terhadap negara pengekspor minyak kemungkinan tidak besar karena masih tersedia kapasitas cadangan yang memadai.

Lukoil, produsen minyak terbesar kedua di Rusia, pada Senin mengumumkan akan menjual seluruh aset internasionalnya. Langkah ini menjadi keputusan paling besar dari perusahaan Rusia sejak sanksi Barat diberlakukan akibat invasi ke Ukraina pada Februari 2022. Lukoil menyumbang sekitar 2% dari total produksi minyak global.

Sementara itu, beberapa kilang minyak di India belum menempatkan pesanan baru untuk membeli minyak Rusia sejak sanksi diberlakukan. Mereka masih menunggu arahan dari pemerintah dan pemasok sebelum melanjutkan pembelian.

OPEC+ yang beranggotakan negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya, termasuk Rusia, dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menambah produksi dalam jumlah kecil pada Desember mendatang.

“Ini menimbulkan pertanyaan besar tentang seberapa besar kapasitas cadangan yang sebenarnya masih dimiliki OPEC+,” kata Flynn.

CEO Saudi Aramco menegaskan permintaan minyak mentah tetap kuat, bahkan sebelum sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil diberlakukan. Ia menyebut permintaan dari China masih berada di level yang sehat.

Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow, menilai peningkatan produksi dari OPEC+ bisa membantu menyeimbangkan pasokan global jika produksi Rusia menurun akibat sanksi AS.

Investor kini juga menunggu hasil pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan pada Kamis mendatang. Pasar berharap pertemuan itu bisa membuka peluang kesepakatan dagang baru antara dua negara dengan konsumsi minyak terbesar di dunia tersebut.

- Advertisement -

Artikel Terkait

Harga Emas Dunia Anjlok ke Level Terendah dalam 3 Minggu, Pasar Optimistis Soal Kesepakatan AS–China

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia turun ke posisi terendah...

Harga Minyak Dunia Melemah, Rencana OPEC Tambah Produksi Tekan Pasar

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia melemah pada penutupan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru