Rabu, September 24, 2025
25.9 C
Jakarta

Harga Minyak Turun, Kekhawatiran Ekonomi AS Lebih Besar dari Pemangkasan Bunga The Fed

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak mentah dunia ditutup melemah pada akhir perdagangan Kamis (18/9/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (19/9/2025) WIB. Ini karena investor lebih fokus pada risiko perlambatan ekonomi Amerika Serikat dibanding dampak pemangkasan bunga oleh Federal Reserve.

Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent turun 0,9% atau 63 sen menjadi US$67,32 per barel pada pukul 13.14 waktu New York, di London ICE Futures Exchange.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) merosot 1% atau 66 sen menjadi US$63,39 per barel, di New York Mercantile Exchange.

The Fed sehari sebelumnya memangkas bunga acuannya sebesar seperempat poin persentase. Bank sentral juga memberi sinyal biaya pinjaman akan diturunkan secara bertahap sepanjang tahun untuk merespons pelemahan pasar tenaga kerja.

Managing Director Onyx Capital Group, Jorge Montepeque, menilai langkah The Fed dilakukan untuk menopang ekonomi. “Mereka melakukan ini sekarang karena jelas ekonomi sedang melambat. The Federal Reserve mencoba memulihkan pertumbuhan,” ujarnya.

Meski klaim tunjangan pengangguran di AS menurun pekan lalu, pasar tenaga kerja tetap melemah. Pembangunan rumah keluarga tunggal anjlok ke level terendah dalam 2,5 tahun pada Agustus akibat stok rumah baru yang menumpuk. Kondisi ini diperkirakan akan menjadi hambatan ekonomi pada kuartal berjalan.

Pasokan berlebih dan lemahnya permintaan bahan bakar di AS juga menekan harga. Badan Informasi Energi AS melaporkan stok minyak mentah turun tajam pekan lalu karena impor bersih anjlok ke rekor terendah, sementara ekspor melonjak mendekati level tertinggi dua tahun.

Namun, stok distilat justru naik 4 juta barel, jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 1 juta barel. Kenaikan ini menimbulkan kekhawatiran baru terkait lemahnya permintaan di negara konsumen minyak terbesar dunia itu.

Di Rusia, Kementerian Keuangan mengumumkan langkah baru untuk melindungi anggaran negara dari fluktuasi harga minyak dan sanksi Barat. Di sisi lain, Ukraina mengklaim serangan drone berhasil menghantam kilang minyak besar dan kompleks petrokimia di Rusia, bagian dari kampanye untuk mengganggu sektor energi Moskow.

CEO Exxon Mobil, Darren Woods, dalam wawancara dengan Financial Times menegaskan perusahaannya tidak berencana melanjutkan operasi di Rusia. Kondisi ini berpotensi mendukung harga karena pasokan minyak Rusia yang keluar ke pasar global berkurang.

Menteri Energi Kuwait, Tariq Al-Roumi, justru optimistis permintaan minyak akan meningkat setelah pemangkasan bunga AS, terutama dari Asia. Sementara itu, QatarEnergy menaikkan harga jual jangka panjang minyak al-Shaheen untuk pengiriman November ke level tertinggi dalam delapan bulan.

Di Eropa, parlemen Jerman menyetujui anggaran tahunan pertama sejak aturan fiskal dilonggarkan. Anggaran itu mengamankan rekor investasi untuk memulihkan ekonomi dan meningkatkan belanja pertahanan.

Di Timur Tengah, Israel kembali melancarkan serangan udara ke target militer Hezbollah di Lebanon selatan untuk mencegah kelompok tersebut membangun kembali kekuatannya di wilayah tersebut.

Artikel Terkait

Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi Usai Pernyataan Powell

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia kembali mencatatkan rekor baru...

Harga Minyak Naik Lagi, Ekspor Kurdi ke Turki Masih Tertahan

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak mentah dunia kembali ditutup...

BSI Tawarkan BSI Gold di Harga Rp2.154.600 per Gram

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Minat masyarakat terhadap kepemilikan emas terus...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru