STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (28/10/2025) waktu setempat. Investor global menahan diri sambil menunggu keputusan suku bunga dari The Federal Reserve Amerika Serikat. Sebagian besar indeks utama bergerak melemah, meski indeks acuan Inggris, FTSE 100, berhasil menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Mengutip CNBC International, indeks Stoxx Europe 600 yang berisi saham-saham utama di Eropa ditutup turun 0,22% ke level 575,76. Indeks CAC 40 Prancis melemah 0,27% menjadi 8.216,58, dan DAX Jerman terkoreksi 0,12% ke 24.278,63. Sementara itu, FTSE MIB Italia naik 0,51% ke 43.128,53 dan IBEX 35 Spanyol menguat 0,54% ke 16.087,00.
FTSE 100 Inggris menjadi sorotan setelah menembus level 9.700 untuk pertama kalinya dan ditutup menguat 0,44% di posisi 9.696,74. Kenaikan ini terjadi di tengah optimisme pasar terhadap meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China. Kedua negara dikabarkan mencapai kesepakatan awal terkait ekspor mineral langka, pembelian kedelai, serta isu seputar TikTok.
Di sektor industri, saham Philips anjlok 6% setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengeluarkan peringatan atas standar produksi di tiga fasilitas pabrik milik perusahaan tersebut.
Saham Novartis juga turun 4,1% meski perusahaan farmasi asal Swiss ini melaporkan pertumbuhan penjualan kuartal ketiga sebesar 7% secara tahunan dan kenaikan laba bersih 25% menjadi US$3,9 miliar. Hasil itu masih di bawah ekspektasi analis yang memperkirakan laba mencapai US$4,4 miliar.
Dari sektor perbankan, saham BNP Paribas melemah 3,5% usai melaporkan laba sebelum pajak grup sebesar 4,28 miliar euro, lebih tinggi dari perkiraan analis 3,44 miliar euro. Namun pendapatan bank ini hanya mencapai sekitar 12,6 miliar euro, sedikit di bawah target 12,8 miliar euro. BNP juga menyebut adanya “situasi kredit spesifik” yang meningkatkan biaya risiko di divisi Global Markets.
Sebaliknya, saham HSBC yang tercatat di London melonjak 4,6% setelah laporan keuangan kuartal ketiganya melampaui ekspektasi pasar.
Sektor utilitas menjadi salah satu yang bertahan di zona hijau dengan kenaikan 1% karena dianggap lebih stabil di tengah ketidakpastian pasar. Saham pertambangan juga naik 1%, didorong prospek positif dari meningkatnya permintaan mineral penting dan rare earths.
Sementara itu, laporan Financial Times menyebut Kantor Tanggung Jawab Anggaran Inggris (Office for Budget Responsibility/OBR) diperkirakan akan memangkas proyeksi pertumbuhan produktivitas lebih dalam dari perkiraan sebelumnya. Pemangkasan ini bisa menambah lubang fiskal hingga £20 miliar atau sekitar US$26,6 miliar. Menteri Keuangan Inggris Rachel Reeves kini berupaya menutup defisit anggaran yang bisa mencapai £50 miliar menjelang pengumuman Anggaran Musim Gugur bulan depan.
Poundsterling juga melemah terhadap dolar AS dan euro, masing-masing turun sekitar 0,5%.
Fokus utama investor pekan ini tertuju pada keputusan suku bunga The Fed yang akan diumumkan Rabu malam waktu setempat. Pasar memperkirakan ada peluang 96% bank sentral AS memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.
Pelaku pasar juga menanti sinyal dari Ketua The Fed Jerome Powell mengenai kemungkinan pemangkasan tambahan pada pertemuan Desember. The Fed saat ini menghadapi keterbatasan data ekonomi akibat penutupan sebagian pemerintahan AS, dengan laporan inflasi pekan lalu menjadi satu-satunya data penting terbaru yang tersedia.
