STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Indeks harga konsumen (CPI) di AS naik 2,7% secara tahunan pada Juli, lebih rendah dari perkiraan pasar yang memprediksi kenaikan 2,8%. Data ini menunjukkan tekanan inflasi tidak sekuat yang dikhawatirkan di tengah kekhawatiran akibat tarif impor.
Mengutip CNBC International, Badan Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (Bureau of Labor Statistics/BLS) melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 0,2% pada Juli, setelah disesuaikan secara musiman. Sementara itu, inflasi inti yang tidak memperhitungkan harga makanan dan energi naik 0,3% bulan itu. Secara tahunan, inflasi inti tercatat naik 3,1%, sedikit di atas perkiraan sebelumnya sebesar 3%.
“Inflasi memang naik, tapi tidak setinggi yang dikhawatirkan sebagian orang,” kata Ellen Zentner, Kepala Strategi Ekonomi di Morgan Stanley Wealth Management.
Kenaikan CPI sebagian besar didorong oleh biaya tempat tinggal yang naik 0,2%. Sementara harga makanan relatif stabil dan harga energi turun 1,1%. Harga kendaraan baru yang sensitif terhadap tarif juga tidak mengalami perubahan, tetapi kendaraan bekas naik 0,5%.
Tarif impor memang muncul dalam beberapa kategori. Misalnya, harga perlengkapan rumah tangga naik 0,7% setelah naik 1% di Juni. Namun, harga pakaian hanya naik 0,1%, dan harga komoditas inti bertambah 0,2%. Harga buah dan sayur kaleng yang biasanya diimpor juga tetap stabil.
Jared Bernstein, mantan ekonom Gedung Putih, menilai, “Tarif memang ada pengaruhnya, tapi tidak terlalu dramatis saat ini.”
Setelah laporan ini dirilis, pasar saham AS melonjak, sementara hasil obligasi pemerintah beragam. Para trader semakin yakin The Fed akan kembali memotong suku bunga pada September mendatang. Peluang pemangkasan suku bunga naik menjadi 94% dari 85% sebelum laporan inflasi keluar.
Meskipun inflasi menunjukkan tren naik, masih ada kekhawatiran soal efek jangka panjang tarif impor. Apakah kenaikan harga ini hanya sekali atau akan berkelanjutan masih menjadi pertanyaan.
Kenaikan upah riil yang disesuaikan inflasi hanya sebesar 0,1% bulan lalu dengan kenaikan tahunan 1,2%, menambah alasan The Fed fokus pada kondisi pasar tenaga kerja.
“Dalam jangka pendek, pasar cenderung menyambut baik angka ini karena memberi ruang bagi The Fed untuk fokus pada pelemahan pasar tenaga kerja dan mempertahankan opsi pemangkasan suku bunga di September,” ujar Ellen Zentner.
Data inflasi ini menjadi sorotan menjelang pertemuan The Fed di Jackson Hole akhir Agustus dan rapat kebijakan September. Selain CPI, laporan indeks harga produsen yang akan keluar Kamis juga dinanti sebagai indikator tekanan inflasi di tingkat produksi.
Laporan inflasi kali ini memberikan angin segar bagi pelaku pasar dan memberi sinyal kemungkinan kebijakan moneter yang lebih longgar dalam waktu dekat.