STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Perusahaan pengembang properti PT Intiland Development Tbk (DILD) terus memperkuat kinerja dan struktur keuangan. Langkah penguatan keuangan itu dilakukan Perseroan secara konsisten selama tiga tahun terakhir melalui strategi deleveraging. Hasilnya pun cukup positif.
Direktur Utama DILD Archied Noto Pradono dalam keterangan tertulis, Jumat 8 Agustus 2025 menjelaskan, strategi deleveraging menjadi strategi prioritas Perseroan untuk melakukan efisiensi pembiayaan. Perusahaan memperkuat keuangan dan menciptakan ruang pertumbuhan lebih sehat dan berkelanjutan.
Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan pelunasan, pengurangan dan atau refinancing beban utang dan bunga serta penjualan aset non-core sehingga lebih efisien. Strategi penguatan keuangan melalui deleveraging berbuah manis.
Hingga 30 Juni 2025 atau pada semester-I 2025, total utang Perseroan tercatat sebesar Rp4,38 triliun. Jumlah tersebut menyusul sebesar Rp687 miliar, atau sebesar 14 dibandingkan posisi per 31 Desember 2022 tercatat Rp5,06 triliun.
“Turunnya jumlah utang ini mencerminkan keberhasilan upaya kami dalam mengelola kewajiban keuangan secara berkelanjutan dan memperbaiki struktur finansial perusahaan,” kata Archied Noto Pradono, Jumat 8 Agustus 2025.
Seiring penurunan jumlah utang, beban bunga DILD juga turun signifikan, sebesar 16,7% dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2022, DILD membayar beban bunga pinjaman sebesar Rp518,1 miliar dan di tahun 2023 turun menjadi Rp489,9 miliar. Penurunan tersebut berlanjut pada tahun 2024 dengan jumlah beban bunga sebesar Rp431,8 miliar. Pada 30 Juni 2025, beban bunga Perseroan tercatat sebesar Rp176,3 miliar.
Archied mengatakan, strategi deleveraging merupakan wujud komitmen Perseroan dalam menjaga stabilitas dan struktur finansial. Upaya struktur biaya yang efisien dan peningkatan kinerja penjualan, khususnya dari segmen kawasan industri, menjadi faktor penting dalam memperbaiki kinerja keuangan secara keseluruhan dan menjaga rasio-rasio keuangan tetap sehat.
Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) pun semakin susut. Pada 2022, rasio utang terhadap ekuitas DILD masih mencapai 61,1%. Kemudian, DER menjadi 58,5% pada 2023, dan menjadi 50,3% pada 2024. Pada semester I 2025, rasio utang terhadap ekuitas DILD itu kembali menurun menjadi 47%.
“Selain mendorong kinerja penjualan, fokus penting kami saat ini adalah menjalankan strategi deleveraging secara disiplin, mulai dari pelunasan, pengurangan, refinancing pinjaman berbunga tinggi, hingga divestasi aset non-core. Langkah ini akan memberikan dampak signifikan terhadap penurunan beban bunga dan penguatan struktur permodalan,” ujarnya.
Namun, mengutip laporan keuangan per Juni 2025, DILD meraih pendapatan sebesar Rp1,21 triliun di semester I 2025, turun 10,80% dari Rp1,36 triliun pada periode sama 2024. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 96,57% jadi Rp12,56 miliar pada semester I 2025, jika dibandingkan Rp366,85 miliar pada semester I 2024. Meski laba turun, EBITDA naik dari 22% pada semester I 2024 menjadi 28% pada semester I 2025. (konrad)