STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Menjelang penutupan tahun 2025, aktivitas penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) kembali meningkat. PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) dan PT Superbank Indonesia Tbk (SUPA) resmi memasuki masa penawaran umum dan dijadwalkan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Desember 2025. Kehadiran kedua IPO ini menambah optimisme pasar di tengah kembali masuknya aliran dana asing dan momentum window dressing akhir tahun.
Chief Investment Officer Makmur, Stefanus Dennis Winarto, menilai kondisi pasar memberi dukungan kuat bagi aksi korporasi tersebut. “IHSG saat ini berada di 8.521,88, mendekati level tertinggi sepanjang sejarah (all-time high) 8.574,38, mencerminkan optimisme investor. Kondisi ini memberikan momentum yang mendukung bagi perusahaan yang melakukan IPO, termasuk RLCO dan SUPA, yang masuk bertepatan dengan membaiknya sentimen pasar,” ujarnya, di Jakarta, Selasa (25/11/2025).
Hingga November 2025, BEI telah mencatat 24 emiten baru. Kehadiran RLCO dan SUPA berpotensi menambah jumlah tersebut, mencerminkan meningkatnya kepercayaan pasar terhadap prospek ekonomi domestik.
RLCO: Transformasi ke Segmen Consumer Health Premium
PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) menjadi sorotan karena transformasinya menuju segmen consumer health premium. Perusahaan ini sebelumnya berfokus pada ekspor sarang burung walet mentah, kini mengembangkan produk bernilai tambah melalui anak usaha PT Realfood Winta Asia, termasuk Realfood Jelly, Fit With Food, dan Momiku by Realfood, yang telah diekspor ke China, Hong Kong, dan AS. Perusahaan dijadwalkan melantai di BEI pada 08 Desember 2025.
Perusahaan menawarkan 625 juta saham atau 20% modal ditempatkan dengan harga Rp150–Rp168 per saham, berpotensi menghimpun dana Rp93,75–105 miliar. Sebesar 56,33% dana IPO akan digunakan untuk modal kerja, dan 43,67% untuk penyertaan modal ke Realfood Winta Asia.
Hingga Mei 2025, pendapatan RLCO naik menjadi Rp231,31 miliar dari Rp156,76 miliar pada tahun sebelumnya, sedangkan laba bersih melonjak 579% menjadi Rp12,38 miliar. Dari sisi valuasi, RLCO menawarkan P/E 23,50–26,40x dan PBV 1,73–1,86x, jauh lebih atraktif dibanding kompetitor dengan rata-rata P/E 62,21x dan PBV 3,94x.
“Valuasi yang jauh lebih rendah memberi ruang potensi apresiasi, terutama di Tengah meningkatnya permintaan produk kesehatan di Asia,” ujar Stefanus. Ia menambahkan bahwa historis penjamin pelaksana emisi, Samuel Sekuritas Indonesia (IF), menunjukkan banyak IPO yang ditanganinya mencatat kinerja positif pada hari pertama perdagangan, meskipun performa jangka panjang tetap bergantung pada fundamental emiten dan dinamika sektoral.
SUPA: Bank Digital dengan Dukungan Ekosistem Besar
PT Superbank Indonesia Tbk (SUPA), sebelumnya Bank Fama, menjadi salah satu IPO bank digital terbesar tahun ini. Didukung investor strategis seperti Singtel, Grab, Emtek, dan KakaoBank, SUPA memiliki akses luas ke ekosistem digital dan potensi akuisisi pengguna yang besar.
SUPA menawarkan 4,4 miliar saham dengan harga Rp525–Rp695 per saham, berpotensi menghimpun dana Rp2,3–3 triliun. Dana IPO akan difokuskan untuk ekspansi kredit digital, penguatan permodalan, dan pengembangan teknologi. Perusahaan dijadwalkan melantai di BEI pada 17 Desember 2025.
Menurut Stefanus, “SUPA berada pada fase pertumbuhan dana pihak ketiga yang agresif. Tantangannya bukan sekadar memperluas akuisisi pengguna, tetapi juga menjaga kualitas kredit, efisiensi biaya teknologi, dan profitabilitas yang berkelanjutan. Dukungan ekosistem besar memberikan keunggulan strategis yang belum dimiliki sebagian besar bank digital lain.”
Meski SUPA sempat mencatat rugi bersih beberapa tahun terakhir, hingga Juni 2025 perusahaan mulai mencatat laba sekitar Rp20,5 miliar, berbalik dari rugi Rp135 miliar pada periode sebelumnya. Dari sisi valuasi, estimasi PBV SUPA sebesar 2,35–2,83x, berada di kisaran rata-rata industri 2,83x, menunjukkan valuasi relatif kompetitif dibanding pesaing sejenis
Investor juga bisa mencermati bahwa beberapa emiten yang di underwriter oleh Mandiri Sekuritas (CC) cenderung mencatat kenaikan pada hari pertama listing, seperti FORE (+34%) dan CNMA (+17%), yang dapat menjadi pertimbangan tambahan dalam evaluasi SUPA menjelang IPO.
RDPT Jadi Pilihan Tepat Saat Minat IPO Tinggi dengan Alokasi Terbatas
Minat investor yang tinggi tercermin dari oversubscription emiten sebelumnya, seperti CDIA (563x), COIN (180x), PSAT (34,5x), dan mencatatkan Auto Reject Atas (ARA) masing-masing sebesar 11x, 8x, dan 5x. Dengan permintaan tinggi ini, investor berpotensi hanya memperoleh sebagian kecil saham yang diajukan, khususnya RLCO (20% saham publik) dan SUPA (13%). Akibatnya, ada potensi dana menganggur jika tidak segera dialihkan ke instrumen lain.
“Investor perlu mempertimbangkan alternatif penempatan dana agar tetap produktif Ketika alokasi IPO terbatas,” jelas Stefanus. “Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) bisa menjadi pilihan, dengan portofolio mayoritas berisi surat utang negara dan obligasi korporasi, menawarkan imbal hasil relatif stabil dan distribusi berkala, sehingga portofolio tetap optimal.”
