STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar AS melemah tajam pada penutupan perdagangan Jumat (20/12/2024) waktu setempat atau Sabtu pagi (21/12/2024) WIB. Penurunan ini terjadi setelah data inflasi menunjukkan perlambatan yang mengejutkan.
Mengutip CNBC International, dolar turun 0,6% terhadap enam mata uang utama dunia. Posisi dolar kini berada di level 107,78. Sebelumnya, dolar sempat mencapai level tertinggi dua tahun di angka 108,54.
Departemen Perdagangan AS melaporkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik hanya 0,1% pada November. Angka ini lebih rendah dibandingkan kenaikan 0,2% pada Oktober. Secara tahunan, inflasi PCE naik 2,4%, sedikit lebih tinggi dari 2,3% di bulan sebelumnya.
Federal Reserve (Fed) memutuskan memangkas suku bunga 25 basis poin pada Rabu lalu. Langkah ini dilakukan karena inflasi masih di atas target. Namun, Fed memberi sinyal bahwa pemangkasan lebih lanjut akan terbatas tahun depan.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun ikut turun. Nilainya merosot 6,2 basis poin menjadi 4,51% setelah sebelumnya sempat mencapai level tertinggi dalam enam bulan lebih.
Adam Button, Kepala Analis ForexLive, menyebut data inflasi ini membawa angin segar bagi pasar. “Pasar awalnya khawatir dengan sikap Fed yang fokus pada inflasi. Namun, angka-angka ini menunjukkan perlambatan yang masih terkendali,” katanya.
Pasar mata uang global mencatat pergerakan besar lainnya. Euro menguat 0,7% menjadi US$1,043 setelah sebelumnya menyentuh level terendah dalam satu bulan. Yen Jepang juga menguat, dengan dolar melemah 0,7% menjadi 156,30 yen.
Poundsterling sempat mengalami fluktuasi tajam. Setelah menyentuh level terendah satu bulan di US$1,2475, pound akhirnya menguat 0,6% ke US$1,2574. Keputusan Bank of England untuk mempertahankan suku bunganya menjadi salah satu faktor penggerak.
Dolar AS juga melemah 0,18% terhadap yuan Tiongkok di pasar offshore. Nilainya kini berada di 7,295 yuan. Sementara itu, dolar Australia turun 0,43% ke US$0,6263, dan dolar Selandia Baru naik 0,53% ke US$0,566.
Joseph Trevisani, Analis Senior di FXStreet.com, menyebut perubahan sikap Fed menjadi pemicu utama pergerakan ini. “Pasar melihat Fed mulai melunak. Kemungkinan mereka akan menahan suku bunga pada Januari,” ujarnya.