Kamis, Oktober 9, 2025
32.9 C
Jakarta

Ketegangan Memuncak, S&P 500 Tertekan! Trump dan Timur Tengah Jadi Biang Kerok

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street bergerak bervariasi pada penutupan perdagangan hari Jumat (20/6/2025) atau Sabtu (21/6/2025) WIB). Pasar saham Amerika Serikat bergerak tak searah di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan ketidakpastian arah suku bunga The Fed.

Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik tipis 35,16 poin atau 0,08% ke level 42.206,82. Indeks S&P 500 turun 13,03 poin atau 0,22% ke posisi 5.967,84. Sementara itu, indeks Nasdaq yang banyak berisi saham teknologi melemah 98,86 poin atau 0,51% ke 19.447,41.

Saham-saham semikonduktor menjadi pemberat utama. Laporan The Wall Street Journal menyebut pemerintah AS kemungkinan akan mencabut izin khusus bagi sejumlah produsen chip. Ini membuat saham Nvidia turun lebih dari 1% dan Taiwan Semiconductor Manufacturing tergelincir hampir 2%. ETF sektor chip, VanEck Semiconductor ETF (SMH), juga melemah hampir 1%.

Padahal, sesi perdagangan sempat dibuka menguat. Hal ini dipicu pernyataan Gubernur The Fed, Christopher Waller, yang membuka peluang pemangkasan suku bunga pada bulan Juli.

“Saya pikir kita berada di posisi yang memungkinkan untuk melakukan itu, bahkan secepatnya di bulan Juli,” ujar Waller dalam wawancara di program Squawk Box. “Itu pandangan saya, meski belum tentu disetujui oleh seluruh anggota komite,” lanjutnya.

Namun, pernyataan Waller sedikit berbeda dari sikap Ketua The Fed, Jerome Powell. Powell sebelumnya menegaskan bahwa The Fed tidak terburu-buru menurunkan suku bunga dan masih akan menunggu data ekonomi selanjutnya.

Komentar Powell memicu reaksi keras dari Donald Trump. Presiden AS itu menyalahkan Powell atas kerugian besar akibat penundaan pemangkasan suku bunga. “Powell yang bodoh itu mungkin tidak akan memangkas suku bunga,” kata Trump sesaat sebelum pengumuman The Fed.

Selain isu suku bunga, pasar juga dihantui konflik Timur Tengah. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan memerintahkan militer menyerang “target strategis” dan “target pemerintah” di Iran.

Trump disebut-sebut tengah mempertimbangkan keterlibatan militer AS dalam aksi militer ke Teheran. Gedung Putih menyatakan keputusan akhir akan ditentukan dalam dua pekan ke depan.

Sebelumnya, Trump meminta Iran untuk menyerah sepenuhnya. Namun, permintaan itu ditanggapi sinis oleh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menyebut tuntutan itu sebagai “mengancam dan konyol.”

Kondisi ini membuat investor ragu untuk menempatkan dana ke pasar saham menjelang akhir pekan.

“Dengan banyaknya ketidakpastian di dunia saat ini, siapa yang mau ambil risiko beli saham di akhir pekan?” kata Sam Stovall, Kepala Strategi Investasi di CFRA Research.

Ia juga menambahkan, S&P 500 masih berada sekitar 3% di bawah level tertingginya dalam 52 pekan terakhir. “Level tertinggi itu seperti pintu karatan, butuh beberapa kali dorongan untuk bisa terbuka sepenuhnya,” ucapnya.

Stovall menyebut, jika ketegangan mereda, pasar bisa kembali menguat.

mingguan, S&P 500 tercatat turun 0,2%. Dow Jones menguat tipis 0,02%, dan Nasdaq justru naik 0,2%.Secara

Artikel Terkait

Wall Street Cetak Rekor Baru, S&P 500 dan Nasdaq Kompak Menguat di Tengah Shutdown Pemerintah AS

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu...

Saham Eropa Menguat Usai Uni Eropa Rencanakan Pemangkasan Kuota Impor Baja

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa kompak ditutup menguat...

Bursa Asia Bergerak Bervariasi, Saham CF PharmTech Melejit 224% di Hari Pertama Go Public

STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik bergerak bervariasi pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru