STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) mencatat tren transaksi di pasar modal terus meningkat sepanjang 2025. Direktur Utama KPEI, Iding Pardi, mengungkap rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) bursa year-to-date mencapai Rp13,5 triliun per hari.
“Catatan kami, di Juni rata-rata sudah Rp15 triliun, di Juli Rp14 triliun. Jadi trennya belakangan ini meningkat,” kata Iding di Jakarta, Senin (11/8/2025).
Efisiensi netting di KPEI tercatat lebih dari 60%. Artinya, dari total transaksi Rp20 triliun, hanya sekitar Rp8 triliun atau 40% yang diselesaikan di KPEI. Netting adalah proses pemenuhan hak dan kewajiban anggota kliring. Mekanismenya dilakukan dengan menyerahkan, membayar, atau menerima sejumlah efek atau dana tertentu sesuai transaksi yang terjadi.
Iding menyebut efisiensi ini akan terus ditingkatkan hingga 90% melalui perubahan proses kliring dan penyelesaian transaksi ke depan.
Untuk transaksi Pinjam Meminjam Efek (PME), total nilai hingga Juli 2025 mencapai Rp29,57 miliar dengan volume 11,01 juta lembar. Nilai transaksi PME bulanan tertinggi terjadi pada Juni, yakni Rp8,28 miliar.
PME adalah transaksi pemindahan hak guna efek dari pemberi pinjaman kepada penerima pinjaman untuk sementara waktu. Proses ini dilakukan melalui KPEI dalam periode tertentu. Penerima pinjaman wajib menyerahkan uang atau efek sebagai jaminan.
Iding menjelaskan, layanan ini kini melibatkan reksadana sebagai lender setelah diizinkan oleh Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (PPSK).
“Kami harap ke depan transaksi ini meningkat seiring aktivasi short selling, margin, dan derivatif,” ujarnya.
Pada produk Triparty Repo, total nilai transaksi tahun ini mencapai Rp503,93 miliar, sedangkan nilai outstanding sebesar Rp515,28 miliar. Saat ini ada 17 partisipan repo, didominasi saham dan obligasi korporasi. Nilai transaksi tertinggi tercatat pada Mei sekitar Rp337,13 miliar.
Triparty Repo adalah transaksi Repo yang melibatkan KPEI sebagai pihak ketiga. KPEI membantu pengelolaan agunan dan margin, memantau serta menyelesaikan transaksi, hingga menghitung pendapatan dan penggantian dividen atau bunga obligasi.
KPEI juga menyiapkan pengembangan triparty repo untuk government bond yang settlement-nya dilakukan di Bank Indonesia.
Dari sisi penjaminan transaksi bursa, KPEI memiliki cadangan jaminan mencapai Rp206,90 miliar per 31 Juli 2025. Angka ini naik dari Rp199,40 miliar pada 2024 dan terus meningkat sejak 2020 yang tercatat Rp158,40 miliar. Pertumbuhan cadangan jaminan selama 2020–2025 mencatat Compounded Annual Growth Rate (CAGR) 4,56%.
Cadangan jaminan berasal dari penyisihan laba bersih tahunan KPEI dalam bentuk kas atau setara kas. Dana ini digunakan untuk mendukung penjaminan penyelesaian transaksi.
Sementara itu, total dana jaminan pada 2025 mencapai Rp9,06 triliun, naik dari Rp8,52 triliun pada 2024 dan Rp5,47 triliun pada 2020. Dana jaminan terdiri dari setoran pokok, hasil investasi, serta cadangan jaminan. Setoran pokok berasal dari kontribusi anggota kliring baru dan kontribusi berdasarkan persentase tertentu dari nilai transaksi bursa. KPEI memungut dana jaminan dari industry sebesar satu basis poin dari nilai transaksi bursa
KPEI mengadministrasikan dan mengelola dana jaminan untuk membiayai penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Dalam lima tahun terakhir, dana jaminan tumbuh dengan CAGR 8,77%.
Di sisi lain, pada 2025, total agunan yang dikelola KPEI mencapai Rp37,67 triliun. Agunan ini merupakan dana, efek, atau instrumen keuangan milik Anggota Kliring (AK) yang digunakan sebagai jaminan untuk penyelesaian transaksi bursa maupun kewajiban AK kepada KPEI.
Agunan dibagi menjadi dua jenis, yaitu online dan offline. Agunan online dikuasakan ke KPEI dalam bentuk dana atau efek yang diadministrasikan secara elektronik di KSEI. Nilainya mencapai Rp30,35 triliun. Porsinya terdiri dari saham Rp28,60 triliun atau 94,23%, uang Rp726,89 miliar atau 2,39%, dan obligasi Rp1,02 triliun atau 3,38%.
Sementara itu, agunan offline dikuasakan ke KPEI dalam bentuk dana atau instrumen keuangan yang diadministrasikan secara fisik oleh KPEI. Nilainya mencapai Rp7,32 triliun. Komposisinya terdiri dari deposito Rp3,01 triliun atau 41,08%, bank garansi Rp2,91 triliun atau 39,78%, agunan minimum kas Rp1,30 triliun atau 17,71%, dan seat BEI Rp104,63 miliar atau 1,43%.
Secara persentase, agunan online mendominasi 80,58%, sedangkan agunan offline menyumbang 19,42%.
“Total nilai financial resources untuk default waterfall sudah signifikan, dan ini memperkuat kepercayaan investor terhadap keamanan transaksi pasar modal Indonesia,” tutur Iding.
Hingga Agustus 2025, KPEI memiliki 92 anggota kliring, 83 anggota PME reguler, 15 partisipan PME bilateral, dan 17 partisipan repo. Tahun ini ada satu anggota kliring baru, PT Integrity Capital Securities, yang juga menjadi anggota PME reguler, serta beberapa tambahan perusahaan sekuritas di PME bilateral.