STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyoroti lambatnya pertumbuhan kredit perbankan meski bank sentral sudah melonggarkan kebijakan moneter. Hal ini disampaikan usai Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 16-17 September 2025 di Jakarta, Rabu (17/9/2025).
Perry menyebut masih ada kredit yang belum tersalurkan atau undisbursed loan dalam jumlah besar. “Dari sisi permintaan kredit, kenapa kredit belum tumbuh kuat, karena dari sisi permintaan kredit masih terdapat undisbursed loan yang besar, yang Rp2.372,1 triliun atau 22,71% dari plafon kredit,” ujarnya.
Ia menambahkan kredit yang sudah diberikan bank pun belum semuanya digunakan oleh pelaku usaha. “Jadi kredit yang sudah diberikan bank, itu pun memang juga belum semuanya digunakan oleh perbankan dan karena itu tercermin pada tentu saja yang tadi saya sampaikan adalah dalam undisbursed loan yang jumlahnya Rp2.372,1 triliun atau sebesar 22,71% dari plafon kredit yang tersedia,” kata Perry.
Pertumbuhan kredit perbankan pada Agustus 2025 tercatat 7,56% (yoy), naik tipis dari Juli 2025 yang sebesar 7,03% (yoy). Meski ada kenaikan, Perry menilai pertumbuhan itu masih belum kuat.
Dari sisi permintaan, lambatnya penyaluran kredit dipengaruhi oleh sikap pelaku usaha yang masih wait and see, tingginya suku bunga kredit, serta pemanfaatan dana internal untuk membiayai usaha. Akibatnya, fasilitas pinjaman yang belum dicairkan masih cukup besar.
Rasio undisbursed loan paling tinggi tercatat di sektor Industri, Pertambangan, Jasa Dunia Usaha, dan Perdagangan. Jenis kredit yang dominan mengendap adalah kredit modal kerja.
Dari sisi penawaran, perbankan sebenarnya memiliki ruang longgar untuk menyalurkan kredit. Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi di level 27,25% pada Agustus 2025. Kondisi ini sejalan dengan ekspansi likuiditas moneter dan Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) Bank Indonesia.
Perry menilai minat bank untuk menyalurkan kredit juga membaik, terlihat dari pelonggaran persyaratan pemberian pinjaman atau lending requirement. Namun, suku bunga kredit yang masih tinggi tetap menjadi penghambat pertumbuhan kredit lebih lanjut.
Bank Indonesia menegaskan akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk mempercepat penyaluran kredit. Secara keseluruhan, BI memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan pada 2025 berada di kisaran 8-11%.