STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) mencatat lonjakan laba sebelum pajak (PBT) signifikan hingga 216,5% pada sembilan bulan pertama 2025. Laba UUS Maybank Indonesia
mencapai Rp516 miliar, naik tajam dibandingkan Rp163 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan, menyampaikan peningkatan kinerja ini ditopang oleh pertumbuhan pendapatan dan pengelolaan biaya yang disiplin. Kenaikan pendapatan mencerminkan strategi bank dalam memperkuat pembiayaan syariah dan efisiensi operasional.
Pendapatan setelah distribusi bagi hasil naik 16,2% menjadi Rp1,11 triliun. Kenaikan ini ditopang oleh peningkatan pendapatan dari penyaluran dana sebesar 4,7% serta efisiensi pendanaan yang membuat porsi bagi hasil untuk pemilik dana turun 6,6%.
Pendapatan operasional lainnya juga tumbuh 30,3% menjadi Rp217 miliar, didorong oleh pertumbuhan bisnis Wealth Management Syariah dan pemulihan aset. Secara keseluruhan, pendapatan operasional bruto meningkat 18,3% menjadi Rp1,32 triliun sepanjang sembilan bulan 2025.
Dari sisi pembiayaan, segmen Community Financial Services (CFS) tumbuh 13,3% menjadi Rp22,36 triliun. Pembiayaan nonritel naik 14,5%, ditopang oleh kenaikan sebesar 16,3% pada Business Banking, 19,7% pada SME+, dan 11,2% pada RSME.
Pembiayaan ritel juga mencatat kenaikan 11,8%, didukung pertumbuhan pembiayaan kepemilikan rumah sebesar 12,6% dan otomotif 3,5%. Total pembiayaan Syariah mencapai Rp29,64 triliun, berkontribusi 27,8% terhadap total portofolio pembiayaan bank (bank saja).
Sementara itu, dana murah atau CASA Syariah meningkat 17,7% menjadi Rp22,71 triliun, ditopang oleh pertumbuhan giro sebesar 36,1% dan tabungan 3,2%. Deposito berjangka turun 22,5% sejalan dengan strategi bank untuk mengoptimalkan struktur pendanaan.
Rasio CASA pun naik menjadi 62,2% pada September 2025, dibandingkan 52,0% pada September 2024. Meski demikian, total simpanan nasabah perbankan syariah turun tipis 1,6% menjadi Rp36,51 triliun.
Kualitas pembiayaan juga menunjukkan perbaikan. Rasio non-performing financing (NPF) turun menjadi 2,4% (gross) dan 1,6% (net) pada September 2025, dibandingkan 2,5% (gross) dan 1,8% (net) pada periode yang sama tahun lalu. Sementara rasio financing-to-deposit (FDR) berada di level sehat 80,5%.
