STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada penutupan perdagangan Kamis (24/4/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (25/4/2025) WIB. Pelaku pasar mulai kehilangan harapan terhadap perbaikan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Mengutip CNBC International, pelemahan dolar terjadi setelah sempat menguat karena Presiden AS Donald Trump mundur dari ancaman memecat Ketua The Fed Jerome Powell. Trump juga terlihat lebih lunak terhadap Tiongkok.
Namun, sentimen positif itu tidak bertahan lama. Kementerian Perdagangan Tiongkok menyatakan tidak ada negosiasi ekonomi maupun dagang yang sedang berlangsung dengan AS. Mereka juga mendesak agar seluruh tarif sepihak dari AS segera dicabut.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut bahwa embargo dagang dengan Tiongkok bersifat tidak berkelanjutan. Meski begitu, ia menegaskan bahwa pihak AS tidak akan menjadi yang pertama menurunkan tarif impor yang saat ini sudah lebih dari 100% terhadap barang-barang asal Tiongkok.
Di saat yang sama, Presiden Trump tetap bersikeras bahwa perundingan masih berjalan. “Mereka bertemu pagi ini,” ujar Trump kepada wartawan, tanpa menyebut siapa yang dimaksud.
Namun, pernyataan Trump tersebut belum cukup menenangkan pasar. Matt Weller, Kepala Riset Pasar dari StoneX, mengatakan, “Tampaknya ada jurang selebar Samudra Pasifik antara cara pandang AS dan Tiongkok soal perdagangan.”
Menurutnya, selama jurang itu belum bisa dijembatani, setiap penguatan dolar kemungkinan hanya bersifat sementara.
Akibat sentimen ini, dolar AS turun 0,54% terhadap yen ke level 142,700. Meski begitu, posisinya masih di atas level psikologis 140 yang sempat ditembus pekan lalu.
Selama bulan April, dolar sudah turun 4,8%. Ini bisa menjadi penurunan bulanan terbesar sejak November 2022.
Data dari LSEG menunjukkan bahwa kinerja dolar di awal tahun ini menjadi yang terburuk sejak 1970-an terhadap sekeranjang mata uang utama dunia.
David Morrison, analis dari Trade Nation, menyebut bahwa sempat ada harapan konflik dagang bisa mencair. “(Trump) sempat melunak terhadap Tiongkok dan mengajak mereka untuk bernegosiasi,” katanya.
“Tapi nyatanya butuh dua pihak untuk berdansa, dan kali ini, pemimpin Tiongkok memilih membiarkan pemerintahan Trump bergelut sendiri dengan masalahnya,” lanjut Morrison.
Mata uang Swiss franc menguat 0,33% terhadap dolar, menjadi 0,82795 franc per dolar. Posisi ini merupakan yang terkuat dalam lebih dari satu dekade terakhir karena arus dana safe haven meningkat tajam.
Poundsterling juga naik 0,55% ke level US$1,3325 setelah Menteri Keuangan Inggris Rachel Reeves menyatakan optimisme bahwa Inggris bisa mencapai kesepakatan dagang dengan AS.
Sementara itu, Bitcoin ikut terkoreksi 0,23% menjadi US$93.469. Di sisi lain, koin meme milik Trump justru melonjak 33% dalam semalam, setelah adanya promosi makan malam gala bersama Trump bagi 220 pembeli terbesar token $TRUMP. Meski begitu, nilainya masih seperempat dari harga saat peluncuran pada Januari lalu.