STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Ifishdeco Tbk (IFSH) membukukan laba Rp83,67 miliar (Rp43,51 per saham) pada 2024, anjlok 60,39% jika dibandingkan Rp211,26 miliar (Rp109,63 per saham) pada 2023.
Menurut laporan keuangan per 31 Desember 2024 yang dipublikasikan di Jakarta Senin (24/2/2025), penjualan bersih IFSH merosot sebesar 32,3% menjadi Rp972,71 miliar pada 2024, dari Rp1,43 triliun pada tahun 2023.
Penurunan penjualan diikuti dengan berkurangnya beban pokok penjualan (BPP) IFSH sebesar 34,05% dari Rp745,21 miliar pada 2023, menjadi Rp491,45 miliar pada tahun 2024. Namun, laba kotor Perseroan justru terpangkas 30,05% jadi Rp481.25 miliar pada 2024, jika dibandingkan Rp688,01 miliar tahun 2023.
Di sisi lain, beban usaha IFSH tercatat turun 16,72% menjadi Rp329,62 miliar pada 2024, dari Rp395,81 miliar tahun 2023. Akan tetapi, laba usaha emiten pertambangan nikel terintegrasi dengan aset Rp1,07 triliun pada 2024 itu anjlok 48,11% jadi Rp151,63 miliar pada 2024 dibanding Rp292,20 miliar tahun 2023.
PT Ifishdeco Tbk (IFSH) adalah perusahaan tambang nikel terintegrasi yang berkantor pusat di Jakarta dan kantor cabang di Kendari, Sulawesi Tenggara.. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 9 Juni 1971 di bidang industri perikanan, sebelum melebarkan sayap bisnisnya ke perkebunan agrobisnis pada tahun 1989.
Namun, perusahaan tersebut menemukan bahwa perkebunan yang dimilikinya kaya akan nikel dan besi, sehingga mengalihkan bisnisnya ke pertambangan. Perusahaan memulai produksi dan penjualan pertambangan pada tahun 2011.
Anak perusahaan Perseroan yakni, PT Bintang Smelter Indonesia melakukan pengolahan, pengangkutan, perdagangan, dan penjualan nikel pig iron (NPI) dan paduan feronikel (FeNi). Adapun total lahan yang dikelola perseroan mencapai 2.580 hektar, dan 800 hektar di antaranya adalah area pertambangan di Tinanggea, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. (konrad)