STOCKWATCH.ID (JAKARTA) — Pemerintah mendukung solusi inovatif untuk menjawab tantangan perubahan iklim dan kebutuhan perumahan rakyat. Salah satu terobosan terbaru hadir dari kolaborasi antara PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) dan PT Dex Solusi Transit (DEX) melalui peluncuran Netro, sebuah sistem hunian modular pintar berbasis net zero.
Netro diluncurkan secara resmi di Jakarta, Jumat (9/5/2025). Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyampaikan dukungannya terhadap peluncuran produk inovatif ini.
Netro merupakan sistem rumah modular cerdas yang dirancang untuk mendukung konsep smart net-zero growing modular house system. AHY menyebut konsep ini bisa menjadi solusi baru di tengah tantangan perubahan iklim.
“Perubahan iklim terjadi. Bukan hoax, bukan fake news. Memang kita rasakan ada dampak serius dari perubahan,” ujar AHY.
Ia menekankan bahwa dunia kini tengah menghadapi krisis iklim dan seluruh bangsa di dunia sedang berupaya mencapai target net zero emission pada tahun 2060.
“Apakah bisa dicapai atau tidak tergantung kita semua. Dan sebagai bangsa yang besar, yang bertanggung jawab, Indonesia juga harus menjadi champions,” kata AHY.
Menurutnya, sektor konstruksi dan infrastruktur harus berubah. Tidak bisa lagi menggunakan pendekatan biasa atau business as usual.
“Kita harus mengedepankan terobosan dan ada keberanian untuk mengubah business as usual menjadi terobosan-terobosan yang progresif,” jelasnya.
AHY menilai kehadiran Netro menjadi langkah penting ke arah tersebut. Ia menggarisbawahi tiga elemen utama dari sistem ini: smart, net zero, dan growing modular.
Elemen pertama adalah smart. Rumah ini dirancang cerdas dengan dukungan teknologi internet of things (IoT) dan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Semua sistem seperti cahaya, sirkulasi udara, energi, air, hingga kenyamanan bisa dikontrol secara otomatis.
“Smart house, smart living,” tegasnya.
Elemen kedua adalah konsep net zero. Artinya, rumah ini memiliki keseimbangan antara emisi yang dihasilkan dengan energi yang dikonsumsi, bahkan bisa mencapai surplus energi.
“Dengan teknologi dan inovasi tadi, diatur antara produksi atau emisi CO2 dengan konsumsi-nya. Dengan demikian bisa zero net-nya, bahkan tadi disampaikan bisa plus,” terang AHY.
Elemen ketiga adalah growing modular, di mana bangunan bisa dikembangkan sesuai kebutuhan dan kemampuan penghuninya. Konsep ini dinilai fleksibel dan dapat diperluas secara cepat seperti sistem lego.
Netro ditawarkan dalam empat tipe ukuran: 33, 49, 93, dan 129. Semuanya dapat dikembangkan seiring waktu, mengikuti pertumbuhan kebutuhan keluarga. Konsep modular ini membuat pembangunan bisa dilakukan lebih cepat dan efisien.
“Dari 33 ke 49, 93, 129 bisa cepat begitu. Sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan kemampuannya,” kata AHY.
Lebih dari itu, AHY menyoroti paradigma baru yang diusung Netro, yakni memprioritaskan kebutuhan masyarakat di lapisan terbawah, termasuk yang belum memiliki rumah atau tinggal di hunian tidak layak.
AHY menekankan pentingnya keberpihakan kepada masyarakat lapisan bawah, termasuk 40% kelompok ekonomi terbawah yang masih kesulitan memiliki rumah.
“10 juta kepala keluarga belum punya rumah, dan 20 juta lebih tinggal di rumah yang tidak layak,” kata AHY.
Ia berharap Netro dapat menjadi solusi dengan proses pembangunan yang lebih cepat, kualitas yang lebih baik, efisien, dan harga yang lebih terjangkau.
“Kalau sukses, berkembang, saya sudah catat tadi ada sejumlah proposal kepada pemerintah, ada insentif, ada harapan dukungan untuk green finance dan lain-lain,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, AHY juga menyinggung kemungkinan penggunaan Netro untuk mendukung program 3 juta rumah pemerintah.
“Apakah akan digunakan untuk program 3 juta rumah? Kami terbuka untuk saling memberikan support. Nanti akan dibuka peluang kerja sama,” tegasnya.
Pemerintah, lanjut AHY, akan mendorong kementerian terkait seperti Kementerian PUPR dan Kementerian PKP untuk duduk bersama dengan pihak WIKA guna mempelajari lebih lanjut potensi dan efisiensi dari sistem Netro ini.
“Ini harus dihitung dengan baik dan harus berdampak positif bagi masyarakat,” ujar AHY.
AHY juga membuka ruang koordinasi dengan Kemenko Infrastruktur serta kementerian terkait seperti PUPR dan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman. Ia berharap sistem ini dapat menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah dan mendorong Indonesia keluar dari jebakan middle income trap.
“Harus bisa, tapi kita harus kerja keras dan harus bersama-sama dalam semangat sidangi dan kolaborasi,” ucap AHY.
Ia juga menyarankan agar sistem ini diintegrasikan ke program revitalisasi kawasan transmigrasi, khususnya di wilayah timur Indonesia dan daerah 3T (terluar, terdalam, dan tertinggal).
“Termasuk di daerah-daerah berbatasan,” tambahnya.
Di akhir sambutannya, AHY memberikan selamat atas kehadiran Netro dan transisi paradigma konstruksi dari onsite menjadi offsite.
“Mudah-mudahan menjadi semakin efisien, secara signifikan mereduksi carbon footprint dalam pembangunan gedung atau perumahan,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya inovasi yang terus berjalan. Pemerintah dan pihak swasta harus berkolaborasi dalam memperkuat regulasi dan menghadirkan pendanaan berkelanjutan.
“Kita masih punya masalah dengan backlog perumahan, bisa kita hadirkan solusi yang terbaik,” pungkas AHY.
Netro kini resmi hadir sebagai pilihan hunian masa depan dengan harga mulai Rp300 jutaan, menawarkan kenyamanan, efisiensi, dan kelestarian lingkungan dalam satu paket lengkap.