STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Pasar modal Indonesia mencatatkan kinerja yang cukup mengesankan menjelang akhir tahun 2024. Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan rerata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp12,94 triliun hingga 18 Oktober 2024. Angka ini sudah melampaui target Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2024 revisi yang ditetapkan sebesar Rp12,25 triliun.
Menurut Iman Rachman, Direktur Utama BEI, lonjakan ini disebabkan oleh beberapa faktor. “Penurunan inflasi dan suku bunga global menjadi pendorong utama. The Fed telah menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin, dan kami berharap ada penurunan lebih lanjut tahun depan,” katanya, usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Tahun 2024 secara hybrid pada Rabu (23/10).
Kebijakan ekonomi pemerintah baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk periode 2024-2029 juga berperan penting. Menurut Iman, target pertumbuhan Produk Domestik Bruto (GDP) pada masa kepemimpinan Prabowo-Gibran ditetapkan sebesar 8%. Iman menambahkan bahwa selama lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan GDP Indonesia hanya mencapai 5%. Hal ini menunjukkan bahwa target yang ditetapkan pemerintah lebih ambisius untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional di periode mendatang.
Pencatatan efek baru di BEI juga mengalami peningkatan signifikan. Hingga 18 Oktober 2024, tercatat 467 efek baru, melampaui target awal yang ditetapkan sebanyak 340 efek atau sekitar 137%. Dari jumlah tersebut, 36 diantaranya merupakan pencatatan saham baru melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO). Namun, capaian ini masih jauh dari target BEI yang mengharapkan 62 IPO saham sepanjang tahun ini. Saat ini, BEI masih memiliki 25 perusahaan dalam pipeline yang siap untuk melantai di bursa. Secara keseluruhan, jumlah total perusahaan yang tercatat di pasar modal telah mencapai 938 emiten.
Iman menegaskan, ini tidak dipengaruhi oleh dugaan kasus gratifikasi yang ramai dibahas. Menurutnya, BEI selalu berpegang pada pedoman yang sudah ada. “Kami tetap punya pedoman yang kami percayai untuk menilai apakah satu perusahaan ini layak tercatat di bursa,” tegasnya.
ia menambahkan, BEI telah menolak 30% pengajuan IPO dari calon emiten. Penolakan tersebut terjadi karena ketidaklengkapan dokumen serta keraguan terhadap keberlanjutan bisnis yang diajukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
Perdagangan produk obligasi juga menunjukkan hasil yang positif. Rata-rata transaksi harian untuk obligasi mencapai Rp993 miliar, meningkat 44,7% dibandingkan dengan akhir tahun 2023 yang hanya Rp686 miliar.
Di sisi lain, produk non-saham seperti Right, Warrant, dan Derivatif mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp3,75 triliun. Meskipun demikian, angka ini lebih rendah dibandingkan total nilai transaksi akhir tahun 2023 yang mencapai Rp8,90 triliun. Unit Karbon sebagai aset baru juga menunjukkan potensi dengan total transaksi mencapai Rp6,15 miliar.
BEI menargetkan penambahan jumlah investor baru yang ambisius, yaitu 2 juta investor baru pada tahun ini. Hingga 18 Oktober 2024, sudah tercatat 2.026.771 investor baru. “Pertumbuhan ini didorong oleh pemanfaatan kanal distribusi informasi BEI,” jelas Iman.
Untuk meningkatkan literasi keuangan, BEI memiliki 29 Kantor Perwakilan, 927 Galeri Investasi, dan 5.257 Duta Pasar Modal. Aplikasi IDX Mobile juga semakin populer, dengan 191.148 pengguna aktif hingga saat ini.