STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) akhirnya memberikan penjelasan resmi terkait pergerakan harga sahamnya yang fluktuatif belakangan ini. Penjelasan tersebut terungkap dalam materi paparan publik insidentil yang diunggah di laman Bursa, Selasa (16/12/2025). Adapun paparan publik insidentil sendiri dilaksanakan pada Rabu (17/12/2025). Ini atas permintaan Bursa Efek Indonesia (BEI) menyusul suspensi saham perseroan beberapa hari lalu.
Manajemen BNBR memaparkan kronologi volatilitas saham di pasar. Harga saham perseroan terpantau mengalami kenaikan sejak 1 Desember 2025. Pergerakan agresif ini membuat BEI memasukkan saham BNBR dalam kategori Unusual Market Activity (UMA) pada 5 Desember 2025.
Bursa kemudian mengambil langkah lebih tegas. Perdagangan saham BNBR dihentikan sementara atau disuspensi pada 12 Desember 2025. Gembok perdagangan tersebut baru dibuka kembali oleh otoritas bursa pada 15 Desember 2025.
Namun, BEI kembali menghentikan sementara perdagangan saham BNBR pada Selasa, 16 Desember 2025. Keputusan ini diambil menyusul terjadinya lonjakan harga kumulatif yang sangat signifikan pada saham tersebut.
BEI menjelaskan alasan di balik suspensi ini. Pihaknya menilai perlu melakukan tindakan cooling down. Langkah ini bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi para investor di pasar modal.
Penghentian perdagangan dilakukan di dua pasar sekaligus. Suspensi ini berlaku untuk perdagangan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai. Hal ini memberikan kesempatan bagi pelaku pasar untuk menganalisis situasi sebelum mengambil keputusan investasi.
Pada perdagangan Senin, 15 Desember 2025, saham BNBR mencatatkan penguatan. Harga terakhir berada di Rp 116 per saham. Saham ini naik Rp 10 atau 9,43% dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 106 pada 12 Desember 2025.
BNBR dibuka di Rp 116 dan bertahan di level tersebut hingga penutupan. Harga tertinggi dan terendah tercatat sama di Rp 116. Volume transaksi sangat besar, mencapai 615.821.000 saham.
Harga tertinggi tahun berjalan tercapai di Rp 116 pada 15 Desember 2025. Harga terendah tahun berjalan berada di Rp 26 pada 10 Juli 2025. Dalam 52 minggu terakhir, harga BNBR bergerak di kisaran Rp 25 hingga Rp 116. Kapitalisasi pasar BNBR tercatat sebesar Rp 20.116.352.571.044.
Manajemen BNBR menegaskan pemicu utama pergerakan harga saham tersebut berasal dari sentimen aksi korporasi. Perseroan baru saja menyelesaikan proses akuisisi 100% saham PT Cimanggis Cibitung Tollways (CCT).
“Tanggal 28 November 2025, Perseroan telah merampungkan proses Akusisi 100% saham PT Cimanggis Cibitung Tollways (“CCT”),” tulis manajemen dalam materi paparannya.
Perseroan juga telah menyampaikan keterbukaan informasi fakta material kepada publik pada tanggal penyelesaian transaksi tersebut. Akuisisi ini dinilai memiliki nilai strategis tinggi bagi portofolio bisnis perusahaan.
Manajemen memaparkan potensi pendapatan yang menjanjikan dari aset baru ini. Masa konsesi jalan tol tersebut berlaku selama 45 tahun. Ruas ini telah beroperasi penuh sejak Juli 2024. Volume lalu lintas harian rata-rata tercatat mencapai 42.760 kendaraan per November 2025. Angka ini lebih tinggi 3,38% dibandingkan target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Pendapatan harian dari tol ini juga melampaui ekspektasi. Rata-rata pendapatan tercatat sebesar Rp 2,3 miliar per hari. Capaian ini lebih tinggi 4,87% dari target yang ditetapkan.
Selain membahas akuisisi, perseroan melaporkan kinerja keuangan terkini. Pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp 2,654 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2025. Angka ini sedikit menurun 3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,723 triliun.
Kendati pendapatan turun tipis, BNBR tetap mencatatkan keuntungan. Laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 11,7 miliar. Sementara itu, EBITDA perusahaan tetap positif di angka Rp 100 miliar.
Total aset perseroan tercatat relatif stabil di angka Rp 7,20 triliun per September 2025. Ekuitas perusahaan mengalami peningkatan menjadi Rp 4,16 triliun. Kenaikan ekuitas ini merupakan dampak dari selisih transaksi dengan pihak non-pengendali.
BNBR kini terus memacu strategi pertumbuhan di berbagai unit usaha. Fokus bisnis mencakup sektor manufaktur melalui anak usaha seperti Bakrie Autoparts dan VKTR yang bergerak di kendaraan listrik. Sektor infrastruktur juga terus dikembangkan melalui Bakrie Indo Infrastructure dan Helio Synar Energi untuk pembangkit listrik.
