Jumat, September 26, 2025
34.9 C
Jakarta

Sepanjang 2025: Inflow SBN Rp42,6 Triliun, Outflow Saham Rp58,7 Triliun, SRBI Rp119,6 Triliun

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Di tengah gejolak pasar keuangan global, ekonomi Indonesia masih menunjukkan ketahanan. Instrumen keuangan domestik tetap positif, ditopang kepercayaan investor yang terus membaik.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Deni Surjantoro, menjelaskan risiko Indonesia masih terjaga dengan currency risk yang menurun dan country risk yang stabil.

“Pada 19 September 2025, nilai tukar rupiah berada di level Rp16.498 per USD atau melemah 3% secara year to date. Yield SBN berdenominasi rupiah turun dari 6,97% di awal 2025 menjadi 6,28%, sementara spread terhadap UST menyempit dari 240 bps menjadi 216 bps,” ujar Deni dalam keterangan resmi ditulis Jumat (26/9/2025).

Ia menegaskan pencapaian tersebut mencerminkan cepatnya pemulihan kepercayaan investor. Stabilitas country risk juga tercermin dari yield SBN USD tenor 10 tahun yang turun dari 5,45% menjadi 4,92%, dengan spread terhadap UST menurun dari 88 bps menjadi 79 bps. Angka ini termasuk salah satu level terendah secara historis.

“Diperkirakan tren ini akan terus membaik seiring perbaikan ekonomi ke depan,” lanjutnya.

Dari sisi arus dana, pasar SBN mencatat inflow sebesar Rp42,6 triliun sepanjang tahun berjalan. Namun, SRBI dan saham masih mengalami outflow masing-masing Rp119,6 triliun dan Rp58,7 triliun.

Di sisi lain, inflasi Agustus 2025 tercatat 2,31% secara tahunan. Angka ini dinilai stabil menopang daya beli masyarakat. Inflasi volatile food bisa ditekan lewat intervensi harga dan penguatan peran Bulog. Sementara itu, inflasi administered price terkendali berkat kebijakan harga energi nasional.

Berbagai indikator perekonomian domestik juga tetap positif. Tingkat keyakinan konsumen berada di level 117,2. Penjualan ritel tumbuh 2,7% meski sedikit menurun akibat normalisasi setelah liburan.

Aktivitas manufaktur kembali ke level ekspansi pada 51,5, didorong oleh peningkatan produksi dan permintaan. Konsumsi listrik juga tumbuh positif, yakni 4,7% pada sektor bisnis dan 4,1% pada sektor industri. Angka ini mencerminkan aktivitas ekonomi masih terjaga.

Artikel Terkait

Merdeka Copper (MDKA) Rugi USD15,8 Juta per Juni 2025, Ini Penyebabnya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)...

Pendapatan dan Laba Merdeka Battery (MBMA) Kompak Turun di Semester I 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Kinerja keuangan PT Merdeka Battery Materials...

United Tractors Jual Alat Berat Komatsu 3.408 Unit per Agustus 2025, Naik 16%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Penjualan alat berat Komatsu milik PT...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru