Kamis, Agustus 7, 2025
27.7 C
Jakarta

Soal BI-Rate, Bos BCA: Jangan Sampai Rupiah Kayak Roller Coaster, Bikin Pelaku Usaha Pusing!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya. Keputusan ini diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada 22–23 April 2025.

BI-Rate tetap berada di level 5,75%. Suku bunga Deposit Facility juga tidak berubah di angka 5%. Sementara itu, suku bunga Lending Facility tetap di posisi 6,50%.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja, buka suara soal arah suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate). Menurutnya, keputusan soal naik atau turunnya BI rate adalah wewenang penuh Bank Indonesia.

Ia menegaskan bahwa BI memiliki data dan analisis yang lebih lengkap. Karena itu, pihaknya tidak ingin berspekulasi.

“Bank Indonesia itu mempunyai informasi, mempunyai kebijakan, karena tugas dari BI adalah menjaga stabilitas moneter. Inflasi harus dijaga, hubungan juga harus dijaga, kemudian kurs yang terpenting juga harus dikendalikan ya,” ujar Jahja, di Jakarta, Rabu (23/4/2025).

Ia menyebut pelaku bisnis tak mengharapkan rupiah terus menguat atau stagnan di level tertentu. Tapi yang penting adalah kestabilan.

“Kalaupun ada depresiasi, asal jangan kayak roller coaster itu yang bisnis kurang nyaman. Karena pusing,” ungkap Jahja.

Menurutnya, pergerakan nilai tukar yang terlalu ekstrem bisa menyulitkan pelaku usaha, terutama dalam hal ekspor-impor dan pembayaran valuta asing.

“Mau beli bahan baku, mau impor, mau ekspor, itu dipermainkan pada saat terima foreign exchange-nya, nggak ada kepastian,” kata Jahja. “Atau saat harus bayar, tidak ada kepastiannya. Mereka harus lakukan hedging dan lain-lain. Sangat repot lah.”

Meski tidak berani memprediksi arah BI rate, Jahja berharap likuiditas perbankan tetap terjaga. Namun, ia mengakui saat ini likuiditas mulai mengetat.

Ia mencontohkan rasio Loan to Deposit (LDR) industri perbankan yang naik dari 84% di 2023 menjadi 89% di akhir tahun lalu.

“Kalau nggak salah, normalnya diharapkan sekitar 82% ya. Nah, jadi 82% ke 89% itu sudah naik 7% di atas yang dikatakan wajar,” jelas Jahja.

Menurutnya, likuiditas secara industri memang masih cukup, tapi mulai ketat. Namun, situasinya bisa berbeda-beda di tiap bank.

“Bank per bank bentuknya tipikal, karakteristik daripada DPK mereka sendiri. Bagaimana agresifitas mereka memberikan loan, itu menyangkut masing-masing bank,” katanya.

Jahja juga menyebut bahwa proyeksi pertumbuhan kredit di industri perbankan berkisar 6–8% per tahun. Sementara itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga diproyeksikan di kisaran 6–7%.

Dengan posisi tersebut, menurutnya, kebutuhan likuiditas masih bisa diimbangi.

Namun, ia memberi catatan khusus soal deposito. Menurut Jahja, pertumbuhan deposito, terutama dari nasabah individu, mulai tertekan.

“Individual, deposito itu credit negative growth. Karena apa? Memang jujur, seperti yang saya katakan, saingan dengan instrumen investasi yang lain, yang sangat menarik, lebih menarik dari deposito itu, tersedia banyak di market,” paparnya.

Ia mengatakan kompetisi untuk mempertahankan dana deposito kini semakin ketat. Salah satunya karena bunga deposito di BCA cukup rendah.

“Pricing kita juga relatif cukup rendah, sekitar 3%,” ungkap Jahja.

Meski begitu, ia optimistis BCA bisa mempertahankan dana deposito dengan mengandalkan layanan yang baik.

“Dengan hubungan baik, dengan service layanan yang baik, kita pasti bisa memiliki Rp214 triliun, kalau saya nggak salah angkanya ya, deposito yang ada di BCA, dengan no special rate. Itu aja,” tutupnya.

Artikel Terkait

Pertumbuhan Ekonomi RI Kalah Tipis dari Vietnam, Unggul dari AS dan Korsel!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% secara tahunan...

Kabar Gembira, Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,99% di Semester I 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perekonomian...

BPS, Inflasi Year on Year pada Juli 2025 sebesar 2,37%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru