STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) memastikan proses pemisahan Unit Usaha Syariah (UUS) atau BTN Syariah terus berjalan sesuai rencana. Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menegaskan spin off tersebut ditargetkan rampung pada 19 November 2025.
Nixon menjelaskan, setelah menuntaskan transaksi dengan penandatanganan Sales and Purchase Agreement (SPA), PT Bank Victoria Syariah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Agustus 2025. Dalam rapat tersebut diputuskan perubahan nama BTN Syariah menjadi Bank Syariah Nasional (BSN) serta pengangkatan direksi dan dewan komisaris baru.
BTN dan BSN dijadwalkan menggelar RUPSLB pada Oktober 2025. Selanjutnya, spin off resmi dilakukan pada 19 November 2025 melalui RUPSLB kedua di BSN. “Memang RUPS-nya jadi dua kali. RUPS yang kedua ini yaitu pemisahan (spin off). We spin off the asset and liabilities from BTN into BSN. Nah itu dilakukan dalam 19 November 2025, kira-kira ya,” ujar Nixon.
Nixon mengatakan bahwa dirinya sudah bertemu dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membahas rencana tersebut pada Jumat (19/9/2025) pagi hari. Ia menegaskan, BTN akan memperkuat modal BSN. Dalam perhitungan Nixon, modal BSN akan naik signifikan dari Rp1,6 triliun saat akuisisi Bank Victoria Syariah menjadi sekitar Rp6,5 triliun. Artinya ada tambahan sekitar Rp5 triliun.
Nixon menjelaskan penambahan modal penting untuk menjaga rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BSN. Menurutnya, industri perbankan sangat bergantung pada permodalan sehingga penguatan menjadi langkah utama sebelum spin off dilakukan. “Jadi kita, waktu spin off, kita akan masukin modal dulu, supaya dia CAR-nya terjaga. Karena di bank rasio modal itu salah satu yang utama,” katanya dalam acara media gathering di Bandung, Jumat (19/9/2025).
Sumber dana untuk tambahan modal itu berasal dari tiga komponen. Pertama, Rp1,6 triliun yang sudah ada di BSN. Kedua, sekitar Rp4 triliun yang ada dalam balance sheet BTN Syariah yang disebut RAK. Itu merupakan modal saat UUS BTN dibentuk sekitar 20 tahun lalu. Ketiga, sisanya sekitar Rp1 triliun hingga Rp1,5 triliun akan disetorkan BTN.
Dengan komposisi tersebut, modal BSN akan mencapai Rp6,5 triliun. Nixon menyebut CAR BSN nantinya terjaga di kisaran 18% sampai 20% saat spin off resmi dilakukan. Ia menegaskan strategi permodalan selalu menjadi hal penting dalam industri perbankan maupun keuangan.
Ia menekankan injeksi modal akan dilakukan bersamaan dengan RUPSLB. “Karena waktu RUPS, pasti notaris nanya, mana bukti setornya? Harusnya ter-setor pada saat RUPS,” tegasnya.
BTN memperkirakan setelah spin off, aset BSN berada di kisaran Rp68 triliun sampai Rp71 triliun. Pada saat yang sama, seluruh hak dan kewajiban UUS BTN akan dialihkan ke BSN.
“Tadinya yang wajib bayar kan BTN. Nanti hak dan kewajiban itu dipindahkan ke BSN. Jadi pelimpahan hak dan tanggung jawab, pengelolaan aset-aset dari UUS ini menjadi hak dan tanggung jawabnya BSN. Termasuk kepegawaian dan seterusnya. Ini yang disebut spin off,” jelas Nixon.
Ia menegaskan spin off bukan sekadar pemindahan aset, tetapi juga seluruh konsekuensi hukum dan tanggung jawab BTN Syariah kepada nasabah. “Pada hari itu juga, sudah bukan tanggung jawab BTN, tapi menjadi tanggung jawab BSN. Karena dia sudah entitas berdiri sendiri,” ujar Nixon.