STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Setelah sukses melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melaui skema Penawaran Umum Perdana saham atau Initial Public Offering (IPO), pada Selasa (8/11), manajemen PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT) siap tancap gas untuk memacu kinerja.
Menurut Balakrishnan Naidu Ramasamy Naidu, Direktur Utama CBUT, manajemen Perseroan optimistis tahun ini penjualan dan laba bisa mengalami kenaikan. “Kami optimistis pendapatan dan laba bersih sampai akhir tahun bisa naik 10%‐15%,” ujarnya, di tulis Rabu (9/11).
Pada akhir tahun lalu, Perseroan berhasil membukukan penjualan Rp8,6 triliun. Sedangkan laba bersih yang diraih mencapai Rp286,7 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan Perseroan per 31 Maret 2022, pendapatan anak usaha PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) tersebut, meningkat sebesar 114% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2021. Ini terutama dipicu oleh pertumbuhan produksi dan volume penjualan produk, yakni RBDPO, RBD OLEIN, RBD STEARIN, PFAD, CPKO, dan PKE.
Mengacu pada laporan keuangan perseroan yang tertera dalam prospektus IPO, dalam lima tahun terakhir margin laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan apresiasi nilai tukar (EBITDA) menunjukkan tren kenaikan sebesar 98,93% jika dibandingkan secara year‐on‐year (yoy). Kenaikan ini didorong oleh peningkatan EBITDA yang lebih tinggi ketimbang kenaikan penjualan. EBITDA Perseroan per Desember 2021 tercatat Rp410,5 miliar, lebih tinggi ketimbang per Desember 2020 yang sebesar Rp37,526 miliar.
Untuk diketahui, saat pertamakali ditransaksikan kemarin, harga saham CBUT perlahan namun pasti melejit sebesar Rp55 (7,97%) menjadi Rp745/saham dari harga IPO Rp690/saham. Volume perdagangan saham di pasar reguler hingga waktu tersebut mencapai 8,08 juta unit senilai Rp6 miliar. Adapun frekuensi perdagangan saham sebanyak 1.093 kali.
CBUT, perusahaan penyulingan dan fraksinasi minyak kelapa sawit yang dihasilkan melalui proses penggilingan dan pemurnian ini, menjadi emiten ke-49 tahun 2022 atau perusahaan tercatat ke 815 di BEI.
Dalam aksi korporasi ini, CBUT melepas 625.000.000 lembar saham baru. Itu setara dengan 20% dari modal disetor dan ditempatkan Perseroan setelah IPO. Adapun harga yang ditetapkan sebesar Rp690 per lembar saham. Sehingga, Perseroan berhasil menghimpun dana publik sekitar Rp431,25 miliar. Perseroan menunjuk PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Maybank Sekuritas Indonesia, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dan PT UOB Kay Hian Sekuritas menjadi penjamin pelaksana emisi efek.
Balakrishnan menjelaskan, seluruh dari dana yang diperoleh dari dari hasil IPO dikurangi dengan biaya
‐biaya emisi, akan dipergunakan untuk pengembangan usaha Perseroan. Rinciannya adalah 54% dipakai untuk pembangunan refinery extension dan infrastrukturnya. “Sisanya akan digunakan oleh Perseroan untuk peningkatan modal kerja termasuk namun tidak terbatas pada pembelian bahan baku yaitu CPO dan Palm Kernel dalam rangka meningkatkan utilisasi produsksi pada pabrik kernel crushing dan refinery,” jelasnya.
Per 2021, kapasitas Refinery Perseroan sebesar 2500 ton/hari. Adapun total produksi sebesar 586.000 MT. Pangsa pasar Perseroan meliputi pasar lokal maupun international.