STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) atau Telkom terus memacu transformasi bisnisnya dengan memisahkan unit infrastruktur fiberoptik menjadi entitas baru, PT Telkom Infrastruktur Indonesia (Infranexia), senilai Rp150 triliun. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan utilisasi jaringan dan mendorong valuasi Telkom ke depan.
Muhammad Awaluddin, Wakil Direktur Utama Telkom, menjelaskan proses ini sedang dilakukan secara bertahap. “Saat ini kita menyiapkan bisnis aset fiber tersendiri melalui anak usaha Infraku atau Infranexia,” kata Awaluddin dalam Public Expose Live 2025 yang digelar Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (12/9/2025).
Proses spin-off mencakup pemisahan struktural kegiatan usaha, pengamanan finansial, hingga tata kelola yang lebih baik. Targetnya, hingga akhir 2025, tahap pertama spin-off akan rampung setelah mendapat persetujuan pemegang saham. Dari tahap pertama ini, sekitar 50% aset infrastruktur Telkom, termasuk akses, aggregation, backbone, dan aset pendukung lain, akan berpindah ke Infranexia.
Awaluddin menambahkan, saat ini utilisasi jaringan fiber baru mencapai 40%. “Optimalisasi ini penting karena potensi pasar tumbuh signifikan. Dengan pemisahan aset ke Infranexia, kami berharap aset fiber bisa lebih optimal digunakan, baik untuk internal grup seperti Telkomsel maupun operator lain,” jelasnya.
Selain spin-off, Telkom juga fokus pada pengembangan bisnis digital dan data center. Infrastruktur data center, terutama di Batam dan Cikarang, dikembangkan untuk menangkap permintaan regional dari Singapura dan kawasan sekitarnya. Bisnis kabel bawah laut atau SKKL juga menjadi fokus strategis, karena utilisasinya sudah tinggi dan mampu melayani kebutuhan hyperscaler, cloud, serta konten global. Telkom juga melakukan streamlining anak usaha. Dari lebih 60 anak usaha saat ini, perusahaan akan mempertahankan sekitar 20 anak usaha yang strategis.
Awaluddin menekankan, tujuan dari langkah ini adalah menciptakan holding digital infrastructure dengan margin lebih sehat dan memberikan dividen tinggi bagi pemegang saham. “Ke depan, Telkom tidak hanya fokus di traditional telco, tapi juga membangun infrastruktur digital yang bernilai lebih tinggi,” katanya.
Langkah ini diharapkan mampu memperbaiki fundamental Telkom, meningkatkan valuasi aset, dan menjaga kinerja keuangan agar tetap solid di masa depan.